Membaca Sejuta Nikmatnya | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Membaca Sejuta Nikmatnya


Kategori: Artikel

"Membaca adalah bagian dari proses komunikasi". Bila orang memberi dari apa yang dimiliki; orang berkomunikasi dari apa yang diketahui. Orang mengetahui dari apa yang didapatkan. Orang mendapatkan dari sumber-sumber yang dapat diakses. Salah satu proses untuk mendapatkan sumber pesan/informasi yang tidak pernah habis itu ialah dengan membaca. Kegiatan membaca tampak seperti merambah rimba belantara. Orang yang rela bersusah-susah membaca akan mendapatkan tuah: kearifan, pengertian, dan pengetahuan hidup.

Membaca itu seperti pelumas. Komunikasi yang kering dijadikan sarat; yang lambat menjadi melesat; mulut yang kelu menjadi fasih. Membaca itu memuluskan laju komunikasi. Ia bisa melajukan pesan baik di medan terjal maupun mulus.

MEMBACA, MELATIH MEMETAKAN PIKIRAN

Membaca bukanlah menelusuri jalur teks dengan kecepatan tinggi. Sampai ke tujuan tetapi tidak menikmati pemandangan di sepanjang alur perjalanan. Membaca juga bukan memelototi setiap sudut kata, memasuki setiap detail kalimat dengan pelan dan Anda kebingungan karena banyaknya jalur yang harus ditempuh.

Membaca itu melatih memetakan pikiran penulis dan membandingkan dengan peta pikiran kita. Saat membaca buku, kita sedang mengikuti peta perjalanan penulis. Kita tinggal mengikuti jalur utama menuju ke tujuan. Anda bisa membandingkan dengan jalur yang selama ini Anda lewati bila ingin ke tempat tersebut. Agar cepat mengingat buku yang kita telusuri, amatilah hal-hal yang memberi kesan tinggi.

MEMBACA, MENCETAK SURAT HIDUP YANG TERBUKA

"Kupuji yang dapat membaca dan mengingat apa yang dibacanya, tetapi lebih kupuji orang yang mengerti apa yang dibacanya" (Shakespeare). Ada perbedaan antara tahu dan mengerti apa yang dimaksud. Membaca adalah seni untuk mengetahui apa yang dimaksud. Menghidupi apa yang termaktub. Membaca tanpa mengerti itu seperti makan tanpa mencerna. Bukankah membaca buku itu seperti wisata kuliner? Setiap suap yang masuk, dikunyah pelan-pelan sampai lidah mendesah dalam puncak kenikmatannya. Bumbu-bumbu, aroma sampai rasa menggelitik saraf, "Mak nyus tenan!". C.H. Spurgeon memberi nasihat bijak, "Dalam membaca buku, biarlah semboyan Anda menjadi: "Seberapa dalam Anda membaca dan bukan seberapa banyak yang Anda baca". Kuasailah buku-buku yang Anda miliki itu. Bacalah dengan teliti. Bermandilah di dalamnya sampai isinya memenuhi Anda. Baca dan bacalah kembali, kunyahlah dan cernalah isinya. Biarkan mereka masuk ke dalam diri Anda yang paling dalam".

Membaca sekarang tidak sekadar membuat kita semakin kritis, ceriwis, piawai dalam berkomunikasi, berisi dalam tulisan, cermat dalam menanggapi sesuatu, andal dalam diplomasi dan seterusnya. Lebih dari itu, membaca menghasilkan perubahan cara berpikir, berkata, bertindak dan penghayatan hidup. "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu" (Mazmur 119:9). Sepak terjang Paulus yang mengguncangkan dunia tidak bisa dilepaskan dari kegemarannya membaca. "Jika engkau ke mari bawa juga jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku terutama perkamen itu" (II Timotius 4:13). C.S. Lewis, sastrawan pembela Kristen -- penulis buku yang akhirnya dilayarlebarkan "Narnia", mengalami perubahan dramatis, dari seorang skeptis menjadi pengikut Kristus yang militan karena pengaruh buku. Tanpa harus memperpanjang tokoh yang hidupnya diubah karena buku, "Apakah buku-buku bermutu yang memenuhi rak kita berbanding lurus dengan perubahan kehidupan kita?"

MEMBACA, MEMPERKAYA PERBENDAHARAAN HIDUP

Membaca adalah memperkaya perbendaharaan hidup. Mereka yang memenuhi hidupnya dengan kekayaan bacaan yang bermutu, ia tidak kekurangan alasan untuk berbahagia. Ia tidak pernah merasa kesepian sekalipun dalam kesendirian. Ia tidak pernah kelaparan karena ada banyak hal yang dinikmati. Di mejanya selalu terhidang sajian yang menyehatkan: semangat, gagasan, motivasi, dan lecutan. Orang-orang akan selalu berada di sekitarnya untuk sekadar menikmati menu-menu terbaru yang bergizi. Ia tidak pernah kehabisan bahan untuk meracik beraneka ragam menu. Kepada orang yang putus asa, ia sajikan dorongan dan semangat. Ia menjadi penghibur bagi teman yang berduka. Ia menjadi sahabat yang baik bagi banyak orang. Orang-orang yang berjumpa dengannya sedang membaca buku kehidupan (bahasa Inggris: 'lifebook'). Lebih impresif, lebih kreatif. Mulutnya penuh dengan pengetahuan dan kepandaian. Setiap tetesan bibirnya berisi pengertian. Kehidupannya seperti sumur inspirasi. Perkataannya penuh dengan hikmat -- menyenangkan. Perkataannya mampu membangun reruntuhan.

Membaca yang dimaksud di sini lebih dari sekadar membaca teks dan konteks. Teks dan konteks selalu diumpankan dalam konteks kehidupan yang lebih luas. Pertama-tama menukik kedalaman batin. Menyapa segi-segi kehidupan pribadi bahkan sangat pribadi. Titik kesadaran terbuka. Titik pijak dimulai. Perjumpaan dirayakan. Sampai akhirnya merambah di kehidupan yang sesungguhnya. Inilah kebermaknaan membaca.

MEMBACA, MULAILAH PETUALANGAN INI

Tahukah Anda, geliat peradaban tidak pernah dilepaskan dari buku. Mengapa ada gerakan reformasi (yang juga melahirkan gerakan Anabaptis), salah satu penggelontornya adalah buku. Puji Tuhan, setelah mesin cetak ditemukan, buku yang paling banyak dicetak adalah Alkitab. Orang-orang yang dahulu gagap bahasa mulai membaca Alkitab dalam bahasanya sendiri.

Tahukah Anda, ketika kita membaca buku, kita sedang melongok melalui jendela dunia. Sekalipun berada di ruang kecil berteman camilan, kita dapat menjelajah dunia mana pun.

Tahukah Anda, beragam kecerdasan yang dikenal dalam psikologi, seperti kecerdasan bahasa, logika, visual, auditoris, kinestetis, komunikasi verbal, spiritualitas, dan yang lain, dilahirkan dan dibesarkan oleh buku.

Tahukah Anda bahwa sejarah membaca buku sudah dirintis oleh nenek moyang manusia dengan kegemarannya menuliskan di atas batu, daun, kulit, dan perkamen. Sejarah umat manusia tidak bisa dilepaskan dari membaca dan menulis.

Tahukah Anda, bahwa manusia terlahir dengan 200 miliar sel otak yang siap dikembangkan secara optimal sehingga dapat menentukan inteligensi, kepribadian, dan kualitas hidup seseorang. Produksi sel neuroglia (sel khusus yang terdapat pada unit dasar otak) berkembang lebih tinggi karena aktivitas membaca. Membaca dapat mempercepat proses berpikir.

Nah, kalau budaya membaca memiliki pengaruh yang begitu dahsyat, mengapa kita tidak memulainya? Bagi orang Kristen sepantasnya di tangan kanan tergenggam Alkitab dan di tangan kirinya bacaan yang menyehatkan. Mulailah gemari aktivitas membaca. Bangun, kurangi kesenanganmu memelototi sinetron, menggandrungi acara tinju dan sepak bola. Bangun kebiasaan baru membaca. Jadilah orang yang bermandikan buku dan diubahkan oleh apa yang Anda penetrasikan.

Diringkas dari:

Nama majalah : Berita GKMI
Edisi : Oktober 2009/No. 505/Tahun XLII
Penulis : Pdm. Yohanes Prapto Basuki, M.A.
(Gembala Jemaat GKMI Bangsri)
Halaman : 43 -- 47

Komentar