Menjelajah Jagat Pustaka | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Menjelajah Jagat Pustaka


Kategori: Kiat-kiat

Perpustakaan dan Masyarakat

Peran perpustakaan bagi masyarakat berubah seiring dengan kebutuhan masyarakat penggunanya. Masyarakat di sini mengandung pengertian luas, yaitu masyarakat umum atau masyarakat khusus. Perpustakaan sekolah, misalnya, memprioritaskan pelayanannya secara khusus, yaitu untuk warga sekolah, terutama dalam rangka mendukung kegiatan belajar-mengajar.

Peran perpustakaan tidak lagi terbatas menghimpun dan mengelola hasil karya manusia. Keberadaannya berkembang menjadi pusat sumber daya pengetahuan yang dinamis. Fasilitas dan akses yang disediakannya bagi masyarakat pengguna menambah fungsi perpustakaan sebagai:

  1. Pusat informasi, acuan bila seseorang memerlukan informasi.
  2. Tempat belajar, memperoleh pendidikan, terutama yang bersifat nonformal.
  3. Wadah yang menyelenggarakan kegiatan rekreasi dan kultural, seperti pameran atau pelatihan.

Pustaka Bukan Hanya Buku

Perpustakaan tidak akan pernah bisa dipisahkan dari buku. Mendengar kata perpustakaan saja, gambaran yang segera muncul dalam ingatan adalah ruang atau gedung yang penuh dengan rak berisi buku, atau deretan buku, tumpukan buku.

Berdasarkan sejarah dan makna katanya, pustaka memang berarti buku. Meskipun dalam perkembangannya yang tersimpan di perpustakaan bukan lagi semata-mata buku, nama perpustakaan tetap disandangkan. Bahkan setelah berbagai teknologi diaplikasikan, baik sebagai media maupun format, identitas perpustakaan tetap dipertahankan dan diberi nama baru, misalnya perpustakaan digital, perpustakaan elektronik.

Dengan berbagai kemajuan teknologi tersebut, media dan format pembawa dokumen, informasi dan pengetahuan yang tersedia juga makin beragam, seperti:

  1. Kertas
  2. Sejauh ini, teknologi belum mampu menggantikan fungsi kertas sebagai pembawa informasi. Sayangnya, media ini relatif tidak berumur panjang. Kandungan kimia yang terdapat pada kertas dan jenis tinta yang tercetak pada kertas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap usia kertas. Daya tahan kertas untuk peta, misalnya, lebih baik daripada kertas untuk koran karena kertas jenis ini memang dimaksudkan untuk kebutuhan jangka pendek.

  3. Film
  4. Jenis ini digunakan untuk keperluan produksi film, fotografi, dan penyimpanan arsip dalam bentuk mikro, dikenal sebagai mikrofilm atau mikrofis. Untuk mengatasi sifat kertas yang rentan terhadap kerusakan, koran, buku, manuskrip umumnya disimpan dalam bentuk mikro untuk tujuan jangka panjang. Mikrofilm sudah terbukti ketangguhannya dan mampu bertahan hingga 100 tahun. Bahkan ada yang menyebutnya bisa sampai 500 tahun.

  5. Media magnetik dan optik
  6. Perkembangan komputer dan dunia rekaman data, suara, video mendorong lahirnya media penyimpan berkapasitas besar, seperti pita magnetik, CD, dan DVD.

Di luar media yang kasat mata, makin berkembang pula sarana untuk menyimpan data secara elektronik, yang seolah tidak terbatas kebesarannya. Kehadiran teknologi digital juga mempermudah pelaksanaan kegiatan alih media untuk menyelamatkan koleksi tua atau langka. Langkah ini memberikan harapan untuk mencapai tujuan pelestarian sekaligus kepentingan untuk membuka akses seluas mungkin tanpa kekhawatiran mencelakai sumbernya. Keputusan untuk melakukan digitalisasi dilandasi oleh pertimbangan:

  1. Kebutuhan metode preservasi dan penyimpanan alternatif. Sebagian besar bahan pustaka terbuat dari kertas yang secara alamiah akan mengalami kerusakan degeneratif.
  2. Kebutuhan untuk mempertahankan dan melindungi isi ketika media original tidak terjamin dapat diselamatkan.
  3. Seiring dengan pesatnya teknologi, makin banyak informasi elektronik yang perlu dilestarikan. Tidak jarang materi ini bersifat mulimedia yang tidak dapat disimpan melalui media konvensional yang ada. Kehadiran teks, grafik, audio, video secara bersama–sama dalam satu dokumen membutuhkan metode penyimpanan yang mampu mencakup keseluruhan.

Manfaat yang diperoleh dari penyimpanan secara digital adalah:

  1. Hasil reproduksi sama dengan dokumen aslinya.
  2. Penggunaan berulangkali tidak akan mengurangi kualitas data original.
  3. Dengan persyaratan tertentu, reproduksi materi berwarna memunyai kualitas yang sama dengan dokumen aslinya.
  4. Dapat diakses oleh banyak pengguna dalam waktu bersamaan.
  5. Mudah dan cepat untuk keperluan distribusi informasi.

Sementara itu, kelemahan yang harus diperhitungkan adalah:

  1. Belum ada standarisasi, protokol tentang metode pengarsipan digital.
  2. Penyimpanan digital sampai saat ini masih bersifat eksperimental, belum teruji ketangguhannya, terlebih dari sisi medianya.
  3. Perubahan cepat platform teknologi. Inovasi hardware, softaware, media penyimpanan berlangsung cepat, yang umumnya diikuti dengan kapasitas produk yang lebih besar dengan harga lebih murah. Akibatnya, atas desakan pasar juga, proses dan peralatan untuk merekam, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi berubah dalam siklus 3-5 tahun.

Pengelolaan Koleksi Pustaka

Bagaimanapun canggihnya teknologi informasi, koleksi pustaka memerlukan penataan. Awalnya, ketika jumlah bahan pustaka yang dimiliki masih terbatas, tidak ditemui kesulitan untuk mencarinya meskipun buku, majalah, CD, DVD itu tidak disusun dengan rapi. Namun ketika koleksi bertambah, penemuan kembali suatu judul tidak dapat lagi mengandalkan ingatan. Apalagi bila pemakainya berbeda-beda.

Saat itu, dibutuhkan tata cara penyimpanan yang sistematis. Organisasi bahan informasi seperti itu akan memberikan kemudahan untuk mengaksesnya. Koleksi versi digital, teknik pengaturannya lebih fleksibel, meskipun tetap dituntut untuk taat asa. Sementara untuk bahan pustaka dalam bentuk fisik, dibutuhkan cara penyusunan yang rapi dan berkelompok. Langkah pengelolaan koleksi yang dilakukan mencakup:

  1. Pencatatan
  2. Untuk setiap bahan pustaka yang dipilih untuk disimpan, perlu dilengkapi dengan informasi mendasar tentang bahan pustaka tersebut, seperti:

    1. Nomor (biasa disebut nomor induk).
    2. Tanggal perolehan.
    3. Nama pencipta.
    4. Judul.
    5. Subjek (berdasarkan masalah utama).

    Informasi ini berguna untuk mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap jenis koleksi memunyai catatan nomor induk secara terpisah. Terbitan berkala, seperti majalah dan koran, diperlakukan berbeda karena sifat frekuensi penerbitannya. Bila diputuskan menjadi koleksi jangka panjang, majalah atau koran disimpan dalam bentuk kumpulan edisi, baik dalam bentuk bundel, mikrofilm, atau media digital.

  3. Klasifikasi
  4. Cara pengelompokan bahan pustaka umumnya didasarkan pada masalah utama yang dikajinya. Dari sisi perpustakaan, pendekatan seperti ini disebut penggolongan berdasarkan subjek. Penamaan subjek dapat ditentukan sendiri, atau mengikuti standar yang telah ada, yang biasanya dilambangkan dengan notasi angka. Metode yang banyak digunakan mengacu pada DDC (Dewey Decimal Classification) yang mendasarkan klasifikasi pada disiplin ilmu dan membaginya menjadi 10 kelas yaitu:

    • 000 Computers, information & general reference
    • 100 Philosophy & psychology
    • 200 Religion
    • 300 Social sciences
    • 400 Language
    • 500 Science
    • 600 Technology
    • 700 Arts & recreation
    • 800 Literature
    • 900 History & geography

    Sistem ini memunyai struktur hierarki di mana setiap kelas utama kemudian dibagi lagi menjadi beberapa tingkat subkelas (disebut divisi dan sesi). Semakin beragam koleksinya, semakin dibutuhkan penggunaan sistem subkelas. Jenjang pada sebagian besar kelas utama menunjukkan bahasan yang makin spesifik, misalnya:

    • 500 Ilmu Murni
    • 520 Astronomi
    • 523 Benda di Angkasa
    • 523.7 Matahari
  5. Penempatan
  6. Untuk memudahkan penempatan dan pencarian bahan pustaka, rak penyimpanan koleksi perlu dilengkapi dengan nama atau nomor subjek. Bila koleksinya cukup banyak, setiap bahan pustaka seyogianya diberi tanda pengenal yang disebut nomor panggil, yaitu kode yang melekat pada sebuah bahan pustaka, yang berguna sebagai petunjuk di mana koleksi tersebut dijajarkan dalam rak penyimpanan. Nomor panggil terdiri atas:

    • Notasi subjek.
    • Tiga huruf pertama dari nama belakang pencipta.
    • Satu huruf pertama dari judul.

    Gabungan nomor dan huruf ini mencerminkan hierarki penomoran yang akan menjadi pedoman penyusunan di rak. Konsistensi pengaturan sesuai dengan ketentuan dan struktur tersebut akan memudahkan pencarian dan penempatannya kembali setelah koleksi tersebut digunakan. Sementara untuk majalah dan koran berlaku cara yang berbeda, yaitu mendasarkan pengaturan pada judul dan waktu penerbitan.

Kegiatan Berbasis Bahan Pustaka

Seperti disinggung di atas, perpustakaan mengemban tugas dalam bidang informasi, edukasi, dan rekreasi. Sebagian besar bahan pustaka, apa pun medianya, dapat menjadi penunjang dalam pembelajaran tersebut. Pelaksanaannya pun tidak mensyaratkan sarana yang kompleks maupun biaya tinggi. Sebaliknya, pembelajaran hendaknya diarahkan agar dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dipadukan dengan bahan pustaka adalah:

  • Mendongeng
  • Pemutaran dan diskusi film
  • Resensi buku atau film
  • Menyusun kliping
  • Belajar menulis cerita

Salah satu sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan tersebut adalah koran, yang relatif murah dan mudah diperoleh. Dengan variasi topik liputan dan ragam penyajiannya, koran dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan baca, perbendaharaan kata, minat dan pengetahuan terhadap suatu peristiwa. Menyimak koran, tidak hanya berarti membaca koran, namun juga mencermatinya lebih jauh, menyentuh muatan yang bersifat bukan teks dan di luar teks. Dari kegiatan seperti ini, diharapkan diperoleh perspektif yang utuh terhadap sebuah persoalan dan terasah kepekaan dan daya kritisnya terhadap suatu problema.

Di bawah ini dikemukakan berbagai macam kegiatan, baik yang bersifat pelatihan maupun permainan, dengan menggunakan "bahan ajar" koran yang dapat dirancang untuk meningkatkan:

  1. Kemampuan berbahasa.
  2. Keterampilan menulis.
  3. Pemahaman ilmu pengetahuan.

  1. Kemampuan Berbahasa
    1. Membuat kalimat lengkap
    2. Judul berita umumnya singkat karena tempat yang terbatas dan harus menarik. Kondisi ini membuat sebuah judul tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat yang benar. Kegiatan yang dapat diciptakan adalah:

      • Memilih lima judul berita.
      • Menuliskan kembali judul tersebut dalam sebuah kalimat lengkap.
      • Menentukan jenis kalimat tersebut. Misalnya, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat majemuk.
    3. Mengenal kata baru
    4. Koran banyak memuat kata atau istilah "baru" dari kacamata pembaca. Kata-kata seperti itu cenderung tidak diperhatikan dan dilewatkan begitu saja. Bila dicermati lebih saksama, seseorang dapat memperkaya perbendaharaan kata melalui:

      • Mencari dan mencatat kata atau istilah yang tidak dipahami atau dikenal.
      • Dengan bantuan kamus, mencari makna dan menuliskan pengertiannya.
    5. Mempelajari kata bentukan dan kata dasar
      • Memilih salah satu berita.
      • Membuat tabel dengan tiga kolom, masing-masing untuk kata dengan awalan, kata dengan akhiran, dan kata dasar.
      • Menggunting dan menempelkan kata-kata sesuai dengan kolom yang tersedia.
    6. Mendeskripsikan dengan jelas
    7. Iklan mini merupakan bentuk iklan yang dibatasi oleh jumlah baris. Oleh karenanya, untuk menyampaikan informasi dalam ruang yang terbatas sering digunakan singkatan. Tugas yang bisa diberikan di sini adalah:

      • Menemukan sejumlah iklan mini dari berbagai jenis produk.
      • Mencatat singkatan yang digunakan pada setiap iklan.
      • Menuliskan maksud sesungguhnya iklan tersebut dengan kalimat yang lebih jelas.
  2. Menulis
    1. Mengungkapkan dengan kata
      • Memilih iklan yang mengandung sejumlah informasi dalam bentuk angka.
      • Menuliskan iklan dan produk yang ditawarkan dengan kata-kata dan meniadakan unsur angka.
      • Mengevaluasi sejauh mana kedua versi ini menyampaikan pesan yang sama.
    2. Menceritakan foto
      • Mencari sebuah foto yang menggambarkan orang dengan kegiatannya.
      • Tanpa membaca teksnya, berdasarkan foto itu mencoba membuat cerita tentang apa yang sedang berlangsung (apa, bagaimana, kapan).
      • Membaca teks foto atau berita yang berkaitan dengan foto tersebut.
      • Melengkapi cerita dengan keterangan yang diperoleh tentang foto itu.
  3. Ilmu Pengetahuan
    1. Memahami peta
      • Menyiapkan sebuah peta (propinsi, pulau, negara, dunia).
      • Menggunting nama kota atau tempat terjadinya suatu peristiwa yang terdapat pada koran. Nama tempat dapat diperluas tidak hanya pada kota, tetapi gunung atau sungai.
      • Menempelkan nama itu pada lokasi yang tepat pada peta.
    2. Mengenal dunia kerja
      • Memilih lima jenis pekerjaan atau profesi, baik dari foto maupun berita.
      • Mengidentifikasi pendidikan, keterampilan, kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan setiap pekerjaan tersebut.
    3. Melacak kemajuan teknologi
      • Mengamati iklan di koran.
      • Mencatat produk yang tidak tersedia 30 tahun yang lalu.
      • Mencatat jasa yang tidak tersedia 30 tahun yang lalu.
      • Mencoba menelusuri kapan teknologi tersebut ditemukan.
    4. Membuat TTS kebidangan
      • Menentukan topik pengetahuan (misalnya: otonomi, kesehatan, lingkungan, ekonomi).
      • Memilih kata, nama, istilah yang akan berkaitan dengan topik tersebut.
      • Merancang skema TTS dan menyusun daftar pertanyaan dengan jawaban yang berasal dari kumpulan kata di atas.

    Penutup

    Perkembangan teknologi membuat perpustakaan memunyai alternatif media penyimpanan dan penyebarluasan informasi. Kunci keberhasilan perpustakaan bukan pada kemampuan untuk mengumpulkan berbagai jenis bahan pustaka, namun kemahiran untuk mendayagunakan koleksi tersebut. Artinya, mampu menyediakan sarana yang memadai untuk mengelola dan menemukan kembali bahan pustaka tersebut serta menciptakan berbagai kegiatan yang digali dari kekayaan pesan, informasi, pengetahuan yang termuat di dalamnya.

    Diambil dari:

    Judul buku : The Power of Speed Reading & The Art of Library
    Penulis : Sinta Ratnawati
    Penerbit : Kompas Gramedia, Jakarta
    Halaman : 33 -- 41

Komentar