Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
RSS Blog SABDA
Belajar tentang “Hidup dan Iman” dari Kitab Roma
Sepanjang Mei, seluruh staf Yayasan Lembaga SABDA melakukan pendalaman Alkitab dari kitab Roma. Setiap hari, kami membahas satu pasal dengan kelompok Pendalaman Alkitab (PA) kami masing-masing. Kelompok saya terdiri dari Kak Pio, Sdr. Aldo, Sdr. Nuel, dan saya sendiri.
Sebelum memulai PA pasal 1, kami menonton bersama dua video dari The Bible Project tentang pengantar kitab Roma. Video ini sangat membantu memberikan gambaran besar isi kitab Roma sehingga kami bisa melihat kaitannya dari pasal ke pasal.
Selama PA, kami mengikuti langkah-langkah yang sudah ditetapkan agar diskusi lebih fokus dan mendalam. Berikut langkah-langkah PA yang kami pakai:
1. Baca pasal sehari sebelumnya: Kami membaca pasal yang akan dibahas sehari sebelum PA. Ini membantu supaya saat diskusi, kami sudah siap dengan pemahaman awal dan pertanyaan pribadi.
2. Berdoa sebelum mulai PA: Kami selalu memulai PA dengan doa, meminta pertolongan Roh Kudus untuk memimpin, dan membuka hati kami terhadap firman Tuhan.
3. Me-review ulang pasal hari itu dalam waktu yang singkat: Sebelum mulai sharing, kami diberi waktu sekitar 5 menit untuk membaca ulang atau mengingat kembali isi pasal yang akan didiskusikan.
4. Fokus pada pelajaran tentang Hidup dan Iman: Dalam setiap pasal, kami mencari pelajaran utama tentang bagaimana hidup yang benar dan bagaimana iman yang sejati itu digambarkan.
5. Gunakan metode PA S.A.B.D.A. atau AI Squared: Metode ini membantu kami menggali isi pasal secara terstruktur dan mendalam, bukan hanya berbagi pendapat.
6. Sharing-kan pelajaran yang didapat: Setiap anggota berbagi pelajaran yang mereka tangkap dari pasal tersebut. Sharing ini memperkaya hasil penggalian firman Tuhan karena setiap orang bisa melihat firman dari sudut pandang yang berbeda.
7. Cari aplikasi praktis untuk bisa diterapkan dalam hidup sehari-hari.
8. Terakhir, PA ditutup dengan doa, termasuk mendoakan pokok-pokok doa pribadi dari setiap anggota.
Sahabat SABDA dapat menggunakannya langkah-langkah ini ketika PA di tempat pelayanan masing-masing atau PA pribadi. Boleh juga lho langkah-langkah ini dibagikan ke rekan-rekan yang lain supaya bisa mempraktikkannya juga.
Selama pendalaman kitab Roma, saya sangat dikuatkan dengan penggalian tentang iman dan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa saya dibenarkan oleh iman, bukan oleh usaha saya sendiri (Roma 1; 3; 4; 5; 10). Kita diselamatkan karena percaya kepada Yesus, seperti Abraham yang percaya pada janji Allah. Keselamatan adalah anugerah, bukan hasil kerja keras saya, dan tersedia bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus.
Namun, iman itu tidak berhenti di “percaya” saja. Paulus menjelaskan bahwa iman sejati akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Roma 2; 6; dan 12–15 menekankan pentingnya hidup dalam ketaatan, kasih, rendah hati, dan saling membangun. Kita seharusnya hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk Tuhan. Meski dalam kenyataan, saya sendiri masih bergumul dengan dosa (Roma 7), saya punya pengharapan karena Roh Kudus menolong saya untuk hidup benar (Roma 8). Hidup Kristen berarti mempersembahkan diri sebagai persembahan hidup bagi Allah, dan melayani satu sama lain dalam kasih.
Belajar kitab Roma bukan hanya soal tahu banyak ayat, tetapi tentang bagaimana saya hidup berdasarkan kebenaran itu. Saya bersyukur untuk kesempatan menggali surat Roma bersama teman-teman. Saya belajar bahwa iman yang sejati akan membentuk hidup yang sejati dan hidup yang taat, penuh kasih, dan terarah kepada Tuhan. Kiranya tulisan ini bisa memberkati Sahabat SABDA semua.
Modul Baru, Semangat Baru: Kelas “Kehidupan Nabi Besar”
SABDA Ministry Learning Center (MLC) kembali mengadakan kelas online, yaitu kelas Kehidupan Nabi Besar (KNB), pada 23 – 30 April 2025. Secara pribadi, saya merasa kelas ini sangat berkesan karena kami berkesempatan menyusun modul baru KNB. Kalau ada modul baru, berarti kelasnya juga baru pertama kali dibuka. Yeay! Sebanyak 88 peserta mengikuti kelas KNB. Bersyukur, kelas ini dapat meluluskan 79 peserta, yang info kelulusannya bisa Sahabat SABDA cek di Instagram @sabda_mlc.
Diskusi dalam kelas ini dilakukan selama 5 hari dengan 5 pelajaran utama, yaitu: Pengantar dan Latar Belakang; Kehidupan Nabi Besar Yesaya; Kehidupan Nabi Besar Yeremia; Kehidupan Nabi Besar Yehezkiel; dan Kehidupan Nabi Besar Daniel.
Setiap peserta wajib mengikuti semua persyaratan, mulai dari membaca modul dengan saksama, mengerjakan tugas tertulis (pilihan berganda), dan aktif berdiskusi di kelas. Peserta dibagi ke dalam 4 grup kelas diskusi, yang masing-masing grup memiliki moderator dan admin. Selain saya, ada Rei, Bima, dan Milly sebagai moderator, dan Mei serta Melisa sebagai admin yang menolong dalam kelas ini.
Secara pribadi, saya sangat senang dan bersyukur sekali karena ini adalah modul baru pertama yang kami susun pada 2025 ini. Apalagi teologi biblika dan historika belum terlalu banyak dibuka. Karena itu, saya sangat antusias ketika menyusun modulnya dengan dibantu oleh sdr. Rei, dan dicek final oleh Ibu Yulia. Selama menyusun modul, banyak hal baru yang saya dapatkan meskipun sebelumnya saya sudah membaca kitabnya. Bagian saya adalah menambahkan pengetahuan saya terkait kehidupan 4 nabi besar ini yang saya dapatkan dari membaca referensi-referensi, dan penerapannya untuk masa sekarang.
Selama diskusi, saya semakin diperkaya dengan sharing dan diskusi yang tajam dari para peserta. Bagaimana tidak, 10 pertanyaan yang diskusikan cukup sulit, tetapi justru mendorong peserta untuk lebih banyak menggali referensi dan bahan yang bisa memperlengkapi. Menurut saya, mendiskusikan Nabi Yehezkiel menjadi bagian yang paling seru. Sebagai nabi yang diutus Allah, memang Yehezkiel cukup berbeda dengan Yeremia dan Yesaya. Dia menyampaikan tentang dosa individual yang harus ditanggung oleh umat (Yeh. 18:20). Selain itu, kita tahu bahwa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Banyak cara yang sudah Allah kerjakan untuk menegur bangsa ini. Alhasil, cara tersebut tidak mempan dan sering diabaikan. Karena Allah adalah Allah yang kreatif, Dia memakai alat peraga yang berbeda dan aneh melalui Yehezkiel supaya Israel dapat melihat secara visual betapa najisnya dosa-dosa mereka. Secara pribadi, saya sangat bersyukur di hadapan Tuhan. Kiranya ini menjadi cermin yang baik untuk saya juga bisa meneladani para nabi besar dan tetap taat melakukan panggilan-Nya.
Kami mengajak Sahabat SABDA untuk bisa belajar modulnya secara mandiri. Sahabat SABDA bisa mengaksesnya di situs pesta.org dan temukan berkat-berkatnya. Bagi Sahabat SABDA yang rindu untuk mengikuti kelas-kelas MLC berikutnya, jangan ragu untuk menghubungi kami di 0821-3313-3315. Kami sangat menantikan kehadiran rekan-rekan di kelas MLC berikutnya. Sampai jumpa.
“AI dan Dark Side”: Refleksi dari #AITalks untuk Masa Depan Gereja
Oleh: Salomo
Halo Sahabat SABDA! Apa kabar? Saya berharap Sahabat SABDA senantiasa merasakan sukacita yang melimpah dalam Tuhan. Pada 14 April 2025, SABDA mengadakan seminar #AITalks bertajuk AI dan The Dark Side I yang membahas tentang menggunakan teknologi AI bagi kemuliaan Tuhan. Lalu, pada 28 April 2025, diadakan seminar #AITalks bertajuk AI dan The Dark Side II yang membahas tentang risiko, pengaruh, dan respons orang Kristen terhadap sisi gelap dunia AI.
Menurut saya seminar ini sangat menarik karena sebagai pengguna AI, saya merasakan bahwa AI sangat membantu dalam kehidupan saya sehari-hari. Akan tetapi, penting untuk mengingat kembali bahwa terlalu sering menggunakan AI dapat membuat kita terlalu bergantung terhadap jawaban AI tanpa berpikir lebih dalam lagi. Atau, dengan kata lain kita langsung menerima jawaban AI, tetapi bisa saja jawaban AI tersebut tidak benar, bias, atau menyesatkan. Bagi saya, ini adalah pengalaman yang penting untuk membuat kita menggunakan AI dengan lebih bijaksana lagi.
Dalam seminar #AITalks: AI dan The Dark Side ini, panelis menjelaskan bahwa meskipun AI menawarkan kemajuan teknologi yang luar biasa dan memudahkan beberapa kegiatan kita, AI juga membawa efek yang negatif dan risiko yang signifikan. Efek negatifnya adalah membuat pengguna menjadi malas berpikir, kecanduan, bahkan sangat tergantung dengan jawaban AI, yang menyebabkan kita terlalu percaya pada jawabannya tanpa berpikir kritis atau melakukan cek terlebih dahulu. Nah, jika seseorang memiliki tujuan yang salah ketika menggunakan AI, maka AI bisa menjadi alat yang melukai orang lain. Contohnya, mulai dari pembuatan deep fake untuk menipu orang lain, membuat narasi buatan terkait orang tertentu, sampai pengambilan data privasi seseorang. Dengan banyaknya hal negatif dan risiko yang dibawa AI, maka muncul pertanyaan sejauh mana kita sebagai umat Kristen dan gereja harus menggunakan AI dalam ibadah kita. Oleh karena itu, kita diingatkan bahwa kita pun harus menebus teknologi AI agar bisa dipakai dengan motivasi yang benar, tujuan yang benar, dan cara yang benar. Tanpa pengawasan yang ketat, AI bisa menjadi alat yang membahayakan pikiran dan kebebasan individu.
Dari seminar ini, saya juga belajar bahwa ketika AI digunakan dengan baik dan dalam pengawasan yang ketat, maka AI dapat menjadi asisten yang sangat berguna, bahkan bisa membantu masa depan gereja. Misalnya, terkait Pendalaman Alkitab (PA). Kini, PA bisa dilakukan dengan menggunakan AI sebagai alat yang membantu kita untuk mempelajari Alkitab secara lebih detail. Tentunya, kita tetap harus mengecek ulang jawaban AI, apakah sesuai kebenaran firman Tuhan atau tidak. Dengan begitu, kita sendiri juga belajar untuk tidak menyebarkan misinformasi. Akan tetapi, di sisi lain, ketika seseorang hanya bergantung pada AI dan langsung memakai hasil AI tanpa diolah terlebih dahulu ketika mempersiapkan materi khotbah atau pelayanan, maka akan ada risiko kehilangan sentuhan manusiawi yang menjadi inti dari pelayanan gerejawi.
Setelah saya mengikuti seri seminar #AITalks: AIdan The Dark Side I dan II ini, saya makin sadar bahwa AI memiliki banyak akibat negatif apabila kita menggunakan AI tanpa batasan atau dengan tidak bijaksana. Saya merasa AI adalah anugerah, sekaligus tantangan. Seperti pedang bermata dua, teknologi ini dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan, tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Gereja dipanggil untuk menjadi pelopor dalam menggunakan AI dengan cara yang mencerminkan kasih, keadilan, dan kebenaran. Dengan memahami sisi gelap AI, salah satu aspek yang diungkap dalam seminar ini adalah gereja dapat mengambil langkah proaktif untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaatnya.
Saya mengajak Sahabat SABDA untuk menyimak arsip video seminar ini agar bisa mendapatkan berkatnya juga. Silakan berkunjung ke situs SABDA AI. Apabila ingin mendapat informasi seputar kegiatan YLSA, silakan mengontak kami di: 0821-3313-3315 atau 0881-2979-100. Sampai jumpa dalam acara SABDA selanjutnya. Tuhan Yesus Memberkati kita semua!
Kenal Mitra SABDA: STT Intheos Surakarta & Kenal Produk: Paket Paskah 2025
Shalom Sahabat SABDA. Senang sekali bisa menyapa Sahabat SABDA lagi melalui tulisan saya kali ini. Saya mau berbagi pengalaman nih ketika mengikuti dua acara live melalui IG @sabda_ylsa yang berlangsung pada Maret, yaitu Kenal Mitra: STT Intheos Surakarta pada 10 Maret dan Kenal Produk: Paket Paskah 2025 pada 24 Maret. Kedua acara ini benar-benar membawa berkat dan wawasan baru bagi saya.
Dalam Kenal Mitra ini, Ibu Evi, sebagai host, ngobrol santai dengan Ibu Ruwi dan Bapak Adi dari STT Intheos Surakarta. Mereka bercerita tentang perjalanan kemitraan STT Intheos dengan SABDA, mulai dari pemanfaatan bahan digital untuk mengajar, pelatihan teknologi bagi mahasiswa, sampai keterlibatan dalam berbagai program pelayanan digital. Saya merasakan semangat yang luar biasa dalam percakapan ini, terutama ketika mereka membahas pentingnya memperlengkapi generasi muda untuk melayani Tuhan dengan alat-alat digital yang relevan. Menurut saya, STT Intheos dan SABDA punya visi yang sejalan: memperlengkapi pelayan Tuhan secara utuh, baik secara rohani maupun teknologi.
Untuk acara kedua, yaitu Kenal Produk, Ibu Evi ditemani oleh Sdr. Yoesmarlan dari tim SABDA Resources. Mereka mengupas tuntas produk YLSA, yaitu Paket Paskah 2025, yang menurut saya luar biasa lengkap! Ada renungan harian, komik digital dari Kingstone Indonesia, bahan seminar, sampai media kit. Semua bahan ini bisa digunakan oleh gereja, komunitas, sekolah, maupun pribadi yang ingin merayakan Paskah dengan cara yang kreatif dan tetap alkitabiah. Bagi saya, yang paling menarik adalah semuanya gratis dan bisa langsung diakses lewat situs SABDA Paskah.
Menurut saya, kedua acara IG Live ini saling melengkapi. Di satu sisi, saya diajak melihat bagaimana kolaborasi digital bisa memperluas dampak pelayanan teologi. Di sisi lain, saya dibekali dengan sumber-sumber bahan praktis yang membantu merayakan Paskah secara bermakna. Menariknya juga, suasana acara live ini terasa santai, tetapi isinya padat. Jika Sahabat SABDA belum sempat mengikuti kedua IG Live ini, saya sangat menyarankan untuk mampir ke Instagram @sabda_ylsa dan menonton arsip video kedua acara ini. Selain di Instagram, Sahabat SABDA juga bisa mengakses arsipnya di situs SABDA Live.
Oke, sampai di sini dulu ya tulisan saya kali ini. Terima kasih sudah membacanya sampai selesai. Sampai jumpa di cerita-cerita menarik berikutnya dari pelayanan SABDA. Mari terus bergerak bersama dalam pelayanan digital, membawa firman Tuhan makin dekat dan relevan untuk generasi ini! Salam AI-4-GOD!
SABDA Youth Learning Center Maret 2025: Pengorbanan dan Penebusan
Hai, Sahabat SABDA! Bersyukur sekali bisa kembali menyapa dan berbagi cerita dengan Sahabat SABDA! Kali ini, saya ingin berbagi pengalaman luar biasa dari Youth Learning Center (YLC) edisi Maret yang telah berlangsung pada 17–20 Maret 2025. Tema yang kami bahas adalah Sacrifice & Atonement (Pengorbanan dan Penebusan). Puji Tuhan, sebanyak 27 peserta terlibat dalam YLC Maret. Sebagai fasilitator, saya sangat bersyukur bisa mengenal dan berdiskusi bersama teman-teman youth dari berbagai latar belakang. Diskusi YLC ini berlangsung selama empat hari, dan setiap harinya penuh dengan insight baru dan semangat untuk berdiskusi.
Diskusi diawali dengan menonton video dari The Bible Project yang berjudul Pengorbanan dan Penebusan. Peserta diajak menelusuri bagaimana dosa merusak hubungan manusia dengan Allah. Dalam Perjanjian Lama, Allah menetapkan sistem pengorbanan hewan sebagai simbol penebusan. Namun, dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus datang sebagai korban yang sempurna. Melalui salib dan kebangkitan-Nya, Ia mematahkan kuasa dosa dan memberi keselamatan kepada siapa pun yang percaya. Baptisan dan perjamuan kudus kini menjadi lambang kasih dan karya penebusan Kristus.
Pada hari kedua, peserta diberi tugas untuk mencari bahan multimedia seputar pengorbanan dan penebusan dari berbagai sumber. Hasilnya sangat beragam, ada yang berbagi konten khotbah, video refleksi, grafis, dan berbagai konten media sosial. Bahan-bahan ini dapat memperkaya diskusi dengan peserta saling menanggapi. Hari ketiga, kami kembali menyimak video dari The Bible Project yang berjudul Mesias. Peserta diajak merenungkan bagaimana nubuat tentang kedatangan Mesias digenapi dalam pribadi Yesus Kristus. Ia adalah Raja yang dijanjikan, tetapi datang sebagai Hamba yang menderita dan menggenapi rencana keselamatan Allah. Sebagai penutup, pada hari ke-4, peserta kembali ditantang untuk mencari konten digital yang relevan dengan tema Mesias. Hasil pencarian peserta sangat beragam, mulai dari konten-konten di Instagram, TikTok, hingga Podcast rohani. Nah, pada hari terakhir, kami mengadakan Appreciation Night yang dilakukan secara live di Instagram @sabda_mlc. Dalam acara ini, kami mengapresiasi rekan-rekan yang telah berkomitmen mengikuti diskusi hingga selesai.
Secara keseluruhan, diskusi dalam YLC Maret 2025 jadi momen pembelajaran yang seru, interaktif, dan penuh makna. Bagi Sahabat SABDA yang belum sempat ikut, jangan lewatkan YLC pada bulan-bulan selanjutnya. Sampai jumpa dalam YLC berikutnya, Sahabat SABDA! Tuhan Yesus memberkati!
Shema — Awal yang Menjadi Panggilan
Saya bersyukur karena pada 24 – 27 Februari 2025 menjadi momen yang sangat spesial. Selain mengusung tema yang kuat Shema, momen ini juga menandai resminya peluncuran perdana diskusi SABDA Youth Learning Center (YLC).
Sebagai bagian dari tim YLC, saya ikut terlibat dalam persiapannya. Saya merasa seperti sedang membuka lembaran baru: ruang belajar untuk generasi muda yang rindu bertumbuh dalam iman, bukan hanya secara pengetahuan, tetapi juga dalam ketaatan kepada Tuhan.
Tema perdana, Shema, bukan sekadar kata asing. Ini adalah panggilan. Dari Ulangan 6:4-5, kita diajak bukan hanya “mendengar” dengan telinga, tetapi merespons dengan hidup. “Dengarlah, hai Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”
Sebelum diskusi dimulai, dibagikan video singkat berdurasi sekitar 1 menit dari The Bible Project yang berjudul Shema di WAG. Dari video tersebut, saya mulai bertanya: Apakah saya benar-benar mendengar suara Tuhan? Atau, hanya membiarkan firman-Nya lewat begitu saja? Video itu membuat diskusi pada hari pertama menjadi sangat mengena: pada era digital yang bising, bagaimana kita bisa menjadi generasi yang mendengar Tuhan dengan sungguh-sungguh?
Diskusi hari kedua dan ketiga membawa kami masuk lebih dalam lagi. Diskusinya ringan, tetapi bermakna dan menggugah kami untuk tidak hanya “mendengar”, tetapi juga melakukan — mulai dari hal kecil, seperti saat teduh yang konsisten dan memiliki keberanian untuk bersaksi di tengah komunitas. Yang saya sukai, diskusi ini tidak “menggurui”. Kami belajar bersama, saling mendengar, dan membangun.
Salah satu momen yang paling saya ingat adalah saat seseorang berkata, “Shema itu bukan tentang hafal firman Tuhan, tetapi hidup dalam firman Tuhan.” Kata-kata ini seperti cermin — mengingatkan saya bahwa relasi dengan Tuhan bukan soal teori, tetapi tindakan nyata. Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari awal perjalanan SABDA YLC ini. Bukan hanya karena temanya yang kuat, tetapi karena saya sadar: inilah komunitas yang saya butuhkan. Komunitas yang mendorong untuk terus bertumbuh — sebagai pemuda Kristen yang belajar mendengar dan taat kepada Tuhan.
Februari adalah awal diskusi YLC, dan Shema adalah panggilan. Saya percaya ini bukan sekadar program, tetapi sebuah gerakan. Dan, saya siap berjalan di dalamnya. Bagi Sahabat SABDA yang berusia 15 — 30 tahun bisa banget untuk mengikuti SABDA YLC ini. Silakan menghubungi kami di WA 0821-3313-3315 untuk informasi selanjutnya ya!
Kesan Mengikuti Evaluasi Kerja Kuartal 1 2025
Halo Sahabat SABDA! Perkenalkan, saya Ryan Nathan, salah satu staf baru di SABDA. Saya ingin membagikan pengalaman pertama saya mengikuti acara evaluasi kerja YLSA kuartal 1 dan rencana kerja kuartal 2 pada 10 April 2025. Saya merasa sangat bersyukur bisa terlibat langsung dalam proses ini. Acara ini bertujuan untuk meninjau hasil pekerjaan dari setiap tim selama tiga bulan pertama pada 2025.
Acara ini diikuti oleh semua tim SABDA, yaitu Steering Committee, SABDA Labs, SABDA Academy, dan SABDA Resources. Meskipun ada beberapa staf yang tidak hadir di kantor SABDA, tetapi mereka tetap bisa berpartisipasi secara online melalui Zoom. Acara ini diawali dengan menyanyikan lagu pujian dan dilanjutkan dengan sesi training yang sangat inspiratif, membangun, dan berguna untuk perkembangan pelayanan SABDA.
Setelah sesi training, presentasi dari setiap tim inti mulai dilakukan. Setiap Penanggung Jawab (PJ) tim inti memaparkan progres kerja, tantangan yang dihadapi, serta rencana dan target pelayanan untuk kuartal 2. Melalui evaluasi ini, kami bisa lebih memahami kekuatan dan kelemahan dalam tim. Salah satu hal yang banyak disoroti adalah kendala dalam manajemen waktu, seperti tugas-tugas yang terlalu mepet dengan deadline, kolaborasi yang baik, dan koordinasi lintas divisi yang lebih efektif.
Saya mendapat wawasan baru untuk bekerja lebih strategis dan efisien. Tidak hanya itu, saya juga belajar pentingnya berkomunikasi dengan jelas, memiliki perencanaan yang matang, dan punya fleksibilitas dalam menyelesaikan tantangan. Evaluasi seperti ini sangat membantu dalam mengenali potensi tim masing-masing, serta menjadi ajang refleksi untuk perbaikan ke depannya. Sesi terakhir diisi dengan menyimak video singkat dari YouTube yang membahas mengenai lingkup AI di dunia sekarang, terutama di sektor pekerjaan.
Sekian kesan saya mengikuti evaluasi kerja kuartal 1 dan rencana kerja kuartal 2 yang dilakukan SABDA. Mari ikuti terus info terbaru dari SABDA dan terlibatlah dalam gerakan digital pelayanan Kristen di Indonesia! Sampai jumpa pada tulisan saya selanjutnya!
Alki-TOP Maret 2025: Persiapan Paskah
Shalom, Sahabat SABDA! Maret yang lalu, PA Online Bareng Seri Alki-TOP membahas 4 topik seputar makna Paskah dari Perjanjian Lama hingga penggenapannya dalam Kristus dalam tema “Persiapan Paskah”. Melalui empat topik tersebut, bukan hanya peserta yang belajar, saya pribadi sebagai host juga sangat diberkati melalui pendalaman Alkitab ini.
Pada 3 Maret, kami membuka tema PA bulan ini dengan menelusuri Perayaan Paskah Pertama di Mesir yang berfokus pada Keluaran 12:1-15. Dalam penggalian ini, saya bersama Kak Roma dan kedua guests belajar bahwa Allah menetapkan darah anak domba sebagai tanda keselamatan yang menyelamatkan umat-Nya dari tulah maut. Bagi saya, ini adalah pengantar yang kuat bahwa Paskah bukan hanya perayaan, tetapi sebuah respons iman atas penyelamatan Allah.
Minggu berikutnya, pada 10 Maret, kami membahas topik Ketetapan-Ketetapan Paskah dari Bilangan 9:1-14. Melalui penggalian bersama, kami belajar bahwa Allah telah menetapkan setiap umat-Nya (baik orang Israel asli maupun orang asing) untuk merayakan Paskah sesuai ketetapan-Nya. Dari sini, saya belajar tentang karakter Allah yang kudus dan tertib, dan pentingnya ketaatan penuh, bahkan dalam ibadah.
Pada 17 Maret, fokus kami beralih ke Perjanjian Baru dengan topik Kristus adalah Imam Besar dari Ibrani 9:11-14. Diskusi malam itu membuka mata saya tentang perbedaan mendasar antara imam PL dan Kristus sebagai Imam Besar yang dipilih Allah sendiri. Yesus bukan hanya Imam yang mempersembahkan korban, tetapi juga korban itu sendiri; yang sempurna dan satu kali untuk selamanya. Ini memperdalam pengertian saya tentang pengorbanan-Nya yang mutlak.
Akhirnya, pada 24 Maret, kami menggali Yohanes 1:29-34 dalam topik Yesus, Anak Domba yang Sempurna. Yohanes Pembaptis menyatakan Yesus sebagai “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Penegasan ini menjadi klimaks yang mempertemukan semua benang merah dari topik-topik sebelumnya. Semua pengorbanan dalam PL mengarah pada pribadi Yesus. Terlebih lagi, saya diingatkan bahwa sebagai Anak Domba yang Sempurna, Yesus menjadi korban pengganti kita.
Sebagai host, saya banyak belajar dan diberkati dari Alki-TOP sepanjang Maret. Saya merasa sangat dipersiapkan untuk menyambut Paskah dengan belajar seputar rencana keselamatan Allah yang dirancang-Nya, bahkan ratusan tahun sebelum inkarnasi Yesus.
Sahabat SABDA bisa mengikuti menyimak dan belajar dari tema Alki-TOP Maret dengan menonton arsipnya di Instagram @ayo.pa. Selain itu, saya juga mengundang Sahabat SABDA untuk mengikuti atau mengakses arsip Alki-TOP selama April yang mengambil tema “Jalan Salib”. Yuk, PA bareng di Alki-TOP!
Salam #Ayo_PA!
Office Hour AI-4-GOD!: Menggali Potensi AI
Shalom Sahabat SABDA. Rasanya, saya sudah cukup lama tidak menyapa Sahabat SABDA melalui Blog SABDA ini. Pada awal 2025 ini, saya berkesempatan mengikuti dua acara Office Hour AI-4-GOD! pada 24 Januari 2025 dan 21 Februari 2025. Kedua Office Hour ini tidak hanya menjadi ajang untuk berbagi pengetahuan seputar teknologi kecerdasan buatan (AI), tetapi justru menjadi ruang untuk berkonsultasi, bertukar ide, dan belajar bersama tentang AI dalam kaitannya dengan pelayanan, gereja, pendidikan Kristen, maupun studi Alkitab.
Melalui Office Hour ini, saya menyadari bahwa perkembangan teknologi sangat pesat. Sekarang ini, beberapa AI telah memiliki kemampuan untuk Multimodalitas dan Reasoning. Pesatnya perkembangan ini diprediksi bisa mendatangkan perubahan besar dalam pekerjaan dan pelayanan. Namun, sebagai orang Kristen, kita tidak perlu khawatir dengan fakta ini. Kita bisa menggunakan AI sebagai alat untuk membuat pekerjaan maupun pelayanan lebih efektif. Kedua Office Hour ini juga menekankan agar kita selalu melakukan cek ulang terkait hasil yang dibuat oleh AI. Soalnya, terkadang AI bisa membuat kesalahan dan jawabannya tidak akurat. Karena itu, kita memerlukan prompting yang benar supaya jawaban bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Sahabat SABDA bisa menyimak arsip-arsip video tayangan Office Hour AI-4-GOD! di situs SABDA AI. Boleh juga diinfokan kepada rekan-rekan lainnya ya. Sekian blog saya kali ini. Sampai bertemu kembali dalam tulisan saya selanjutnya. Salam AI-4-GOD! Tuhan Yesus Memberkati.
Melihat Kembali Bagaimana Mengaplikasikan “Digital Spiritual Discipline”
Disiplin rohani adalah topik yang sering dibahas dalam seminar atau khotbah di gereja. Namun, bagaimana dengan disiplin rohani digital? Apa maksudnya ya? Nah, dalam Kelompok Growing Together (GT) Maret, hal tersebut didiskusikan bersama dalam WAG dengan tema Digital Spiritual Discipline. Melalui blog ini, saya akan membagikan berkat yang saya dapat sebagai peserta dan fasilitator GT Maret ini.
Ada 4 topik yang kami diskusikan selama 4 minggu, pada 3-29 Maret 2025. Diawali dengan topik “Arti Spiritual Discipline”, yang mendiskusikan arti disiplin rohani serta ayat-ayat yang terkait dengan hal tersebut. Dari diskusi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa disiplin rohani adalah kebiasaan/latihan yang dilakukan orang percaya untuk semakin dekat kepada Tuhan. Kebiasaan ini dilakukan dengan kasih dan ketekunan serta mengandalkan pertolongan Roh Kudus. Selain membahas pengertian dan landasan firman, kami juga berbagi disiplin rohani yang sudah dilakukan dan mengevaluasinya.
Selanjutnya, untuk topik kedua, kami mendiskusikan tentang “Pro dan Kontra Disiplin Rohani Digital” yang berhubungan dengan hasil evaluasi dan kondisi disiplin rohani yang sudah dilakukan dan pengaruh perkembangan teknologi digital saat ini. Selain itu, kami juga membuat daftar pro kontra pemanfaatan teknologi digital untuk disiplin rohani. Untuk topik ketiga, yang didiskusikan pada 17-22 Maret, terkait dengan “Digital Tools & Opportunities”. Kami mendiskusikan bagaimana orang percaya memanfaatkan teknologi dan media yang tersedia untuk belajar dan menyebarkan firman Tuhan. Kemudian, kami mendiskusikan alat-alat digital yang membantu dalam menjalankan disiplin rohani. Selain itu, kami juga saling berbagi tip dan trik untuk mendorong Gen Z dan Gen Alpha menggunakan alat-alat digital untuk melakukan disiplin rohani. Untuk penjelasan selengkapnya, silakan menyimak arsipnya di situs Murid21.
Pada minggu terakhir, diskusi GT mendiskusikan topik “Komitmen Disiplin Rohani Digital”. Saya bertugas sebagai fasilitator bersama Ibu Grace Tjandra, salah satu peserta setia GT yang sangat aktif. Pada hari pertama dan kedua, kami membagikan dan mendiskusikan ayat-ayat yang menolong kami untuk berkomitmen menjalankan disiplin rohani digital. Kemudian, hari ketiga dan keempat, kami mendiskusikan hal-hal yang bisa menjadi “sisi terlemah” diri kita dalam menjaga komitmen. Kami menyadari adanya tantangan disiplin rohani pada era digital ini, seperti distraksi media sosial dan kurang konsisten dalam melakukan disiplin tersebut. Kami juga saling memberi dukungan dan solusi praktis untuk mengatasinya. Untuk pertanyaan terakhir, kami mendiskusikan langkah-langkah praktis disiplin rohani digital dan berbagi pokok doa agar semua peserta bisa saling mendoakan. Kiranya semua peserta dimampukan untuk melakukan disiplin rohani digital.
Inilah salah satu hal yang saya sukai dari Kelompok Growing Together. Karena selain belajar teori dan dikuatkan dengan ayat-ayat firman Tuhan, kita juga diarahkan untuk bisa mempraktikkan pelajaran dan berkat yang sudah didapat dari diskusi. Saya juga diingatkan untuk bisa memelihara disiplin rohani pada masa Pra-Paskah ini. Berdoa dan berpantang menjadi salah satu aplikasi yang saya lakukan untuk memelihara disiplin rohani digital. Untuk lebih memaknai Paskah, saya mengikuti Pendalaman Alkitab dengan tema Paskah, baik secara pribadi maupun kelompok. Salah satu ayat yang menguatkan saya untuk menolong menjalankan disiplin rohani digital, dari 1 Timotius 4:8 (versi BIMK), “Latihan jasmani sedikit saja gunanya, tetapi latihan rohani berguna dalam segala hal, sebab mengandung janji untuk hidup pada masa kini dan masa yang akan datang.” Kiranya saya dan kita semua dapat melakukan disiplin rohani digital secara konsisten agar iman kita terus bertumbuh dan relasi dengan Tuhan semakin intim. Roh Kudus menolong kita semua.
Kelas “Pengantar Doktrin Alkitab” Menggetarkan Hati dan Pikiran
Hai, Sahabat SABDA. Kali ini, saya akan sharing tentang pengalaman saya sebagai moderator dalam kelas Ministry Learning Center (MLC) yang mendiskusikan modul Pengantar Doktrin Alkitab (PDA) pada 5 - 12 Maret 2025. Kelas ini diawali dengan presentasi gambaran besar modul PDA oleh Ibu Yulia. Berikut gambaran besar dari 5 pelajaran modul PDA ini:
1. Pengertian dan Pentingnya Doktrin Alkitab
2. Dasar Mempelajari Alkitab
3. Penyataan Allah
4. Sifat-Sifat Alkitab (Bagian 1)
5. Sifat-Sifat Alkitab (Bagian 2)
Sebanyak 94 peserta mengikuti diskusi kelas ini melalui WAG. Mereka dibagi ke dalam 4 kelas diskusi, yaitu 2 kelas pagi dan 2 kelas malam. Kelas PDA 1 (pagi) dimoderasi oleh Sdri. Milly, dan kelas PDA 2 (pagi) dimoderasi oleh Bapak Bima. Untuk administrasi kelas pagi, dibantu oleh Sdri. Melisa. Untuk kelas PDA 3 (malam), dimoderatori oleh saya, dan kelas PDA 4 (malam) dimoderasi oleh Sdr. Rei. Nah, untuk administrasi kelas malam, dibantu oleh Ibu Mei sebagai admin. Bersyukur pembagian tugas ini bisa berjalan baik.
Setelah kelas diskusi selesai, semua moderator mengirim hasil rangkuman diskusi kelas masing-masing beserta catatan dari moderatornya. Kami juga mengumumkan kelulusan kelas PDA melalui Instagram Live @sabda_mlc pada Selasa, 18 Maret 2025. Puji Tuhan, ada 74 peserta yang lulus dari kelas ini. Namun, sangat disayangkan, ada cukup banyak yang tidak lulus, sekitar 20 peserta. Beberapa peserta dinyatakan tidak lulus karena tugas tertulis yang tidak sesuai dengan nilai minimal yang diharapkan. Kiranya peserta yang tidak lulus bisa mengikuti kembali kelas-kelas dari SABDA MLC selanjutnya.
Sebagai moderator, saya juga belajar banyak melalui kelas PDA kali ini. Meski kelas ini bukan hal yang baru bagi saya, tetapi banyak bagian yang kembali mengingatkan saya tentang arti dan pentingnya doktrin Alkitab. Pelajaran yang paling berkesan bagi saya adalah ketika mendiskusikan tentang penyataan Allah. Saya diingatkan kembali tentang apa dan bagaimana penyataan Allah itu sendiri yang dalam kasih-Nya memberikan penyataan umum dan khusus supaya Ia dapat dikenal. Melalui alam semesta, kita bisa melihat siapa di balik semua itu. Dan, yang paling penting, melalui Kristus dan Firman-Nya, kita bisa mengenal Penyelamat hidup kita. Sekali lagi, begitu besar dan hebatnya kasih Tuhan yang diberikan kepada kita. Seharusnya, hal inilah yang menjadi ungkapan syukur terbesar dalam menjalani keseharian hidup kita.
Oh ya, bagian ineransi Alkitab juga cukup menarik bagi saya. Saya diingatkan kalau ketidakbersalahan Alkitab membuat kita lebih menghargai dan selalu mengagumi firman-Nya, serta menjadi otoritas tertinggi dan sempurna dalam hidup kita. Kalau ingin dijabarkan satu per satu, ada banyak bagian yang sangat menarik dalam kelas PDA ini. Kiranya apa yang sudah peserta pelajari dapat menjadi dorongan yang baik agar peserta semakin mencintai firman Tuhan dan senantiasa mengasihi-Nya.
Jika Sahabat SABDA ingin mempelajari modulnya secara mandiri, silakan berkunjung ke situs PESTA. Pastikan Sahabat SABDA mendapatkan berkat-Nya yang luar biasa. Nah, jika Sahabat SABDA ingin bergabung dalam kelas-kelas MLC berikutnya, silakan hubungi kami di 0821-3313-3315. Kami tunggu di kelas MLC berikutnya ya. Tuhan Yesus memberkati.
Roadshow AI-4-GOD! di PESAT Salatiga dan STT Simpson Ungaran
Shalom, Sahabat SABDA! Bersyukur saya berkesempatan untuk mengikuti roadshow AI-4-GOD! area Joglosemar pada 7 Maret 2025. Ada dua tempat yang kami layani, yaitu Yayasan PESAT Salatiga dan STT Simpson Ungaran. Karena ada dua tempat, tim yang berangkat dibagi menjadi dua kelompok: Tim 1 terdiri dari Pak Max, Nehemia, dan Rian yang pergi ke STT Simpson, sedangkan Tim 2 ada Ibu Yulia, Elan, dan saya yang melayani di Yayasan PESAT Salatiga. Roadshow ini sangat berkesan bagi saya karena melihat antusias dari para peserta yang berasal dari berbagai generasi, baik yang masih muda maupun yang sudah lanjut usia.
Saat tiba di Yayasan PESAT Salatiga, kami menghadapi tantangan dalam hal teknis. Saat itu, listrik sempat mati tiga kali. Namun, bersyukur ketika sesi presentasi materi berlangsung, listrik sudah menyala kembali sehingga acara tetap berjalan lancar. Dalam roadshow ini, saya berperan sebagai admin, dan sebagai presentator untuk materi F.O.K.U.S. Ketika menyampaikan materi F.O.K.U.S., awalnya saya ingin mempercepat sesi ini karena khawatir waktu tidak mencukupi. Namun, ketika melakukan hands on, ternyata waktunya menjadi lebih lama dari yang diperkirakan. Peserta belajar menggunakan teknologi AI dengan rumus prompt F.O.K.U.S. dan mereka begitu antusias untuk sharing. Saya merasa sesi ini menjadi lebih hidup karena mereka aktif.
Jumlah peserta yang awalnya sekitar 20 orang, lambat laun bertambah dengan kehadiran peserta dari gereja lain sehingga menjadi lebih ramai dan semangat hehe. Ada satu hal menarik dari peserta di Yayasan PESAT Salatiga bahwa mereka sedang dilatih untuk menjangkau orang non-Kristen. Dari data yang ada, hanya 2% lulusan STT yang benar-benar terjun ke pelayanan misi, dan nantinya akan membangun jemaat baru. Karena itu, Yayasan PESAT ingin memperlengkapi mereka dengan lebih baik agar semakin siap dalam melayani. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari proses ini. Bersyukur ada teknologi dan alat yang canggih untuk membantu pelayanan mereka.
Salah satu momen yang paling mengesankan adalah ketika Pak Agus, salah satu peserta, ikut sharing dalam sesi praktik membuat lagu rap dengan Suno. Bahkan, beliau ikut nge-rap saat membaca lirik lagunya. Setelah sesi berakhir, ada 1 bapak yang masih antusias untuk belajar terkait Suno dan Alkitab GPT sehingga saya mendampinginya sampai berhasil. Saya berharap para peserta dapat semakin diperlengkapi untuk melayani dan giat menjangkau jiwa bagi Kristus.
Terima kasih telah membaca tulisan ini. Silakan Sahabat SABDA mengakses arsip roadshow AI-4-GOD! di situs SABDA AI. Tuhan Yesus Memberkati.
Roadshow AI-4-GOD! di GKJ Samironobaru + Perkantas Yogyakarta
Senang rasanya karena SABDA diundang untuk mengisi seminar Pengenalan AI di GKJ Samironobaru, Yogyakarta. Seminar ini merupakan bagian dari roadshow AI-4-GOD! area Joglosemar yang digiatkan oleh SABDA. Meski bertempat di GKJ Samironobaru, sebenarnya seminar ini diadakan oleh dua pihak yang lokasinya berdekatan, yaitu Perkantas Yogyakarta dan GKJ Samironobaru. Saya sangat bersyukur karena setelah beberapa kali berkomunikasi dengan Pak Johan Andreas (ketua Perkantas Yogyakarta) dan Pak Frans (perwakilan dari GKJ Samironobaru), akhirnya tercapai kesepakatan untuk pelaksanaan seminar ini, yaitu pada 22 Maret 2025, pkl. 17.00 - 20.00 WIB. Langsung saja ya, saya ceritakan tentang pelayanan kali ini.
Tim SABDA yang bertugas dalam roadshow kali ini ada Pak Max, Nehemia, Salomo, dan saya sendiri. Materi seminar yang kami sampaikan terdiri dari Apa Itu AI dan Manfaatnya, AI Prompting F.O.K.U.S., Biblical Foundation + Bahaya AI, Metode AI Squared, serta AI dan Media (termasuk Alkitab GPT, BaDeNo). Bersyukur, sebanyak 27 peserta mengikuti seminar ini dengan antusias, mulai dari pemaparan materi hingga praktik langsung. Meski pesertanya terdiri dari anak muda hingga orang tua, bahkan lansia, setiap sesi tetap berlangsung dengan baik dan lancar karena peserta fokus menyimak materi dan memperhatikan instruksi dengan baik. Mereka juga aktif dan tidak ragu bertanya jika mengalami kesulitan. Bahkan, pada saat praktik menggunakan AI untuk belajar tentang doa, melakukan studi Alkitab, dan membuat lagu, mereka melakukannya dengan fun. Terlihat sekali ada kesungguhan untuk belajar yang terpancar dari cara mereka merespons dan beberapa peserta bisa dengan cepat mengikuti tahapannya dan hasilnya pun bagus. Puji Tuhan!
Pelajaran berharga yang saya dapatkan dari roadshow kali ini adalah tentang persiapan, relasi, dan sikap mau berbagi. Persiapan materi presentasi sangat menolong saya untuk melihat lebih mendalam lagi terkait AI, khususnya dilihat dari perspektif Alkitab dan kegunaannya untuk memuliakan Tuhan. Selain itu, relasi baru yang terjalin sebelum dan selama roadshow membuat hidup saya lebih bersemangat. Dan, yang terakhir, saya sangat senang bisa berbagi materi ini kepada semua peserta. Ketika menyampaikan materi Apa Itu AI +Manfaatnya dan Metode AI Squared, saya seperti berbicara kepada diri sendiri juga untuk terus menggunakan teknologi (dan perkembangannya) dengan bijaksana dan untuk memuliakan nama-Nya. Saya berharap semua peserta mendapat banyak pelajaran berharga tentang AI-4-GOD! agar dapat menggunakan AI bagi hormat dan kemuliaan nama-Nya. Amin! Sekian blog dari saya kali ini, jangan lelah bekerja di ladang Tuhan, termasuk di dunia digital -- ladang Tuhan saat ini. Salam AI-4-GOD!
“Lent” pada Era Digital: Menemukan Kedekatan dengan Tuhan di Tengah Teknologi
Lent selalu menjadi waktu yang istimewa bagi saya. Masa 40 hari sebelum Paskah ini bukan hanya tentang berpuasa atau sekadar tradisi, tetapi juga tentang waktu refleksi dan kedekatan dengan Tuhan. Namun, pada era digital/AI ini, tantangannya semakin besar. Notifikasi yang sering bermunculan, kebiasaan scrolling media sosial, dan kesibukan sehari-hari sering membuat momen refleksi spiritual terasa semakin sulit dilakukan.
Ketika mengikuti seminar #AITalks: AI dan Lent, saya mendapat banyak wawasan baru. Salah satu poin yang sangat mengena adalah bagaimana teknologi bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi, termasuk AI, dapat menjadi alat yang luar biasa untuk mendukung pertumbuhan iman. Namun, di sisi lain, jika kita tidak bijaksana dalam menggunakannya, teknologi bisa menjauhkan kita dari Tuhan; menggantikan waktu-waktu berharga yang seharusnya kita gunakan untuk berdoa; membaca firman; dan bersekutu dengan-Nya.
Salah satu konsep menarik yang dibahas dalam acara ini adalah digital fasting (puasa digital). Sejujurnya, ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Saya sering merasa sulit untuk benar-benar lepas dari ponsel, terutama karena pekerjaan dan interaksi sosial banyak dilakukan secara digital. Meski begitu, sempat terpikir juga, "Bagaimana mungkin saya bisa mendekat kepada Tuhan jika saya terus-menerus terganggu oleh layar di depan saya?"
Saya pun mencoba mempraktikkan puasa digital dengan cara sederhana: menonaktifkan notifikasi, membatasi penggunaan media sosial, dan menyediakan waktu khusus untuk berdoa tanpa gangguan teknologi. Hasilnya sungguh mengejutkan. Puji Tuhan! Dalam ketenangan itu, saya merasa lebih mampu merenungkan firman Tuhan dengan lebih dalam. Saya sadar kalau selama ini sering membiarkan teknologi mengambil alih waktu-waktu terbaik saya, yang seharusnya bisa dipakai untuk bertumbuh dalam iman.
Oh ya, saya juga belajar bahwa teknologi bisa menjadi alat yang sangat membantu jika digunakan dengan bijak. Salah satu contoh yang menarik adalah penggunaan BaDeNo (Baca, Dengar, Nonton) yang membantu saya dalam membaca Alkitab secara lebih interaktif. Saya juga mencoba menggunakan Alkitab GPT, dan ternyata AI ini dapat membantu saya memahami ayat-ayat Alkitab dengan lebih mendalam serta memberikan refleksi yang menarik. Saya pun menyadari bahwa bukan teknologinya yang salah, tetapi bagaimana saya menggunakannya yang menentukan dampaknya dalam kehidupan rohani saya.
Pelajaran paling mengena yang saya dapat dari seminar ini adalah pentingnya keseimbangan antara disiplin rohani dan penggunaan teknologi. AI dan digital tools bisa sangat membantu, tetapi saya harus bijaksana dalam menggunakannya. Saya juga belajar bahwa relasi dengan Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa digantikan oleh teknologi. Meski AI bisa memberikan tafsiran Alkitab dan menjawab pertanyaan, tetapi pengalaman pribadi berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa dan merenungkan firman-Nya secara pribadi tetap tidak bisa tergantikan.
Masa Lent ini memberi saya kesempatan untuk kembali menata ulang prioritas saya. Saya ingin lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi dan memanfaatkannya untuk bertumbuh dalam iman. Saya juga perlu menetapkan batasan agar teknologi tidak menjadi hambatan dalam perjalanan rohani saya. Saya ingin menggunakan waktu ini untuk semakin dekat dengan Tuhan, bukan hanya dengan cara-cara tradisional, tetapi juga dengan memanfaatkan teknologi secara bijaksana.
Bagaimana dengan Sahabat SABDA? Apakah Sahabat SABDA punya pengalaman terkait teknologi yang terkadang mengganggu waktu refleksi rohani Anda? Atau, justru Sahabat SABDA sudah menemukan cara untuk memanfaatkannya demi pertumbuhan iman? Mari jadikan masa Lent ini sebagai waktu untuk merenungkan hubungan kita dengan Tuhan, mengurangi distraksi, dan menemukan makna sejati dalam persiapan menuju Paskah. Yuk, jangan lewatkan simak arsip video #AITalks: AI dan Lent!
Mendapat Banyak Berkat Melalui Kelas “Identitasku Dalam Kristus”
Shalom, Sahabat SABDA! Saya bersyukur karena kelas Identitasku Dalam Kristus (IDK) yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga SABDA berjalan baik pada 13 – 18 Februari 2025. Kelas ini menjadi kesempatan berharga bagi para peserta untuk memperoleh pemahaman yang benar tentang identitas diri sesuai dengan kacamata Alkitab. Kelas IDK terdiri dari lima pelajaran utama:
1. Pengertian Identitas
2. Identitas dalam Kristus
3. Yang Lama dan yang Baru
4. Pemulihan dari Kerusakan
5. Kuasa Identitas
Dari total 65 peserta, 55 peserta berhasil menyelesaikan kelas dengan baik. Puji Tuhan! Ada tiga kelas yang berlangsung kali ini (IDK 1, IDK 2, IDK 3) yang dipandu oleh moderator dan admin yang bertugas untuk memastikan diskusi berjalan dengan lancar. Saya bertugas sebagai admin di kelas IDK 3, bersama Sdr. Rei sebagai moderator. Secara keseluruhan, dinamika diskusi berlangsung dengan baik. Banyak peserta aktif dan responsif dalam menjawab serta menanggapi diskusi. Meski demikian, masih ada beberapa peserta yang kurang aktif dan perlu diingatkan secara ekstra. Menariknya, saking serunya berdiskusi, kadang peserta kebablasan membahas materi dari pelajaran berikutnya. Inilah yang menunjukkan bahwa peserta antusias dan ingin belajar lebih dalam. Beberapa peserta juga menyoroti contoh tokoh dalam Alkitab yang mengalami krisis identitas.
Banyak berkat yang saya peroleh melalui kelas ini. Saya belajar bahwa krisis identitas sering terjadi akibat tekanan sosial, trauma, atau perubahan besar dalam hidup. Namun, identitas dalam Kristus memberikan dasar yang kokoh dan tujuan hidup yang sejati. Oleh karena itu, pertumbuhan rohani sangat diperlukan melalui pertobatan, doa, serta pengenalan akan Tuhan melalui firman-Nya. Identitas lama harus mati melalui proses pengudusan sehingga kita dapat hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Pemulihan terjadi ketika pola pikir yang salah digantikan dengan kebenaran Tuhan, dapat menangani emosi negatif, dan memiliki hati yang mau mengampuni. Percaya diri muncul dari identitas kita dalam Kristus, bukan dari kemampuan pribadi, sehingga kita dapat hidup sesuai kehendak-Nya.
Melalui kelas ini, saya berharap setiap peserta semakin memahami dan menghidupi identitas mereka dalam Kristus. Bagi Sahabat SABDA yang belum mengikuti kelas IDK, jangan khawatir .. hehe. Masih ada kesempatan untuk belajar dan menggali lebih dalam firman Tuhan melalui kelas-kelas MLC berikutnya. Kontak kami di 0821-3313-3315 dan follow media sosial sabda_mlc ya, biar nggak ketinggalan informasinya. Tuhan Yesus memberkati.
Menjadi Pribadi yang Mengasihi
Februari selalu identik dengan bulan kasih sayang. Namun, tahun ini, saya merayakannya dengan cara yang berbeda -- bersama SABDA Youth. Empat topik sepanjang Februari membuka mata saya bahwa kasih bukan sekadar perasaan romantis, tetapi karakter yang seharusnya menjadi gaya hidup seorang Kristen.
Topik pertama, Be a Loving Person, mengingatkan saya bahwa kasih bukan reaksi, tetapi keputusan. Menjadi pribadi yang mengasihi berarti memilih untuk sabar saat orang lain menyebalkan, memilih untuk tetap peduli saat orang lain tampak tak peduli. Saya belajar bahwa kasih bukan sekadar memberi cokelat atau bunga, tetapi memberi diri -- waktu, perhatian, dan pengertian.
Masuk ke topik I Love You!, saya tertegun. Tiga kata itu terasa sederhana, tetapi punya kekuatan besar. Saya jadi merenung: kapan terakhir kali saya mengungkapkan kasih secara nyata kepada orang terdekat saya, baik itu keluarga, teman, bahkan kepada Tuhan? Seringnya, saya menganggap semuanya sudah tahu bahwa saya mengasihi mereka, padahal mungkin mereka butuh mendengarnya.
Topik selanjutnya tentang Speak in Love, yang menyadarkan saya bahwa kata-kata saya sering menjadi senjata, bukan pelukan. Sesi ini menantang saya untuk berbicara dengan kasih, bukan hanya dalam nada bicara, tetapi juga dalam isi dan maksud. Kasih bukan berarti membenarkan semua hal, tetapi menyampaikan kebenaran dengan hati yang lembut.
Puncaknya adalah topik My Love Story with God. Ini membuat saya kembali pada cinta pertama saya -- Tuhan Yesus. Saya terharu mengingat betapa Tuhan mencintai saya, jauh sebelum saya mengenal-Nya. Saat mengingat kasih-Nya, saya terdorong untuk kembali mengasihi Dia, dengan hidup saya sebagai respons nyata.
Empat topik ini benar-benar menjadi mengubah perspektif saya tentang kasih. Saya belajar bahwa kasih bukan untuk disimpan, tetapi untuk dibagikan. Tuhan adalah sumber kasih, dan tugas saya adalah menjadi saluran-Nya -- dalam kata, sikap, dan tindakan. Terima kasih SABDA Youth karena sudah menjadi wadah bagi kami, kaum muda Kristen, untuk bertumbuh dalam kasih yang sejati. Bagi ahabat SABDA yang ingin menyimak arsip videonya, silakan akses di situs SABDA Live.
Pendalaman Alkitab (PA) dengan Buku “Hati Pemuridan”
Oleh: Ryan
Halo Sahabat SABDA! Saya mau cerita nih tentang Pendalaman Alkitab (PA) yang dilakukan di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)! Pada awal Februari 2025, setiap Selasa sampai Jumat, kita menggali firman Tuhan supaya bisa mengerti apa yang Tuhan kehendaki. PA kali ini menggunakan bahan dari buku Hati Pemuridan: Menanggapi Panggilan Kasih karya Thomas T. Mathai. Melalui blog ini, saya akan menceritakan secara singkat pengalaman saya dalam melakukan PA ini. Selamat membaca!
PA kali ini mendiskusikan isi buku yang terdiri dari 7 bab. Setiap bab dibahas selama dua hari. Hari pertama, membagikan berkat dari bab yang dibaca, sedangkan hari kedua memperdalamnya dengan menggunakan pertanyaan observasi, interpretasi, dan aplikasi yang ada di setiap bab. Materi yang dibahas kali ini adalah mengenai KASIH. Dari sini, saya banyak mempelajari dan merenungkan kembali seberapa besar kasih yang sudah Tuhan berikan kepada saya sepanjang hidup. Diskusi berfokus pada Tuhan telah memberikan dan menjadikan kita individu yang baru dengan kasih yang luar biasa dari Dia. Saya dan kelompok PA saya, membahas peran-peran dalam menerapkan kasih kepada diri sendiri, sesama, lingkungan sekitar, bahkan kepada orang di luar sana yang membenci kita. Selain itu, kami juga membahas cara menghadapi tantangan yang terjadi ketika menerima kasih dari Tuhan atau ingin menerapkan kasih kepada sesama. Hal ini menyegarkan dan membuka kembali wawasan atau perspektif mengenai makna kasih dari Tuhan di tengah dunia yang dipenuhi ketidakpastian.
Pada setiap akhir dari diskusi bertanya bagaimana cara penerapan aplikasi kasih dalam kehidupan sehari-hari , hal ini membuat saya untuk berpikir lebih mendalam lagi terkait tindakan yang bisa saya lakukan. Contoh untuk mengasihi diri kita sendiri, kita bisa merawat tubuh fisik kita dengan mengatur pola makanan; kepada sesama, kita dapat terbuka dan menerima orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Saya juga belajar untuk tidak mengharapkan adanya timbal balik dari kasih yang telah diberikan kepada sesama, dan masih banyak yang lainnya.
Pada akhir PA, dalam kelompok PA saling membagikan pokok doa, mendoakan pergumulan dari teman-teman dalam kelompok PA agar Tuhan menolong dan membantu dalam setiap kesulitan yang dihadapi, dan juga memohon agar kasih Tuhan terus hidup dalam setiap orang percaya.
PA kali ini mengajarkan dan menguatkan kembali iman saya terkait kasih. Dalam setiap diskusi yang direnungkan, setiap sharing yang diberikan berdasarkan kejadian yang sudah pernah dialami, dan setiap ayat yang digunakan sebagai bukti atau dorongan terus bertumbuh mengenai KASIH, saya tidak hanya belajar bagaimana menerima kasih dari Tuhan, tetapi juga belajar bagaimana cara menumbuhkan dan memberikan kasih kita kepada setiap orang yang hadir dalam hidup saya.
Sekian sharing pengalaman dari saya. Saya harap ini dapat menjadi inspirasi untuk Sahabat SABDA agar mau hidup dalam kasih Tuhan. Kiranya Tuhan Yesus selalu memberkati kita semua, dan selamat menjalankan hidup baru dalam kasih Tuhan. Oh ya, Sahabat SABDA dapat mengakses buku Hati Pemuridan: Menanggapi Panggilan Kasih di situs Murid 21, Google Play Book, situs e-buku SABDA, dan tersedia juga dalam format PDF. Mari ber-PA menggunakan buku.
Alki-TOP Februari: “Kasih” Mudah Dikatakan, Sulit Dilakukan
"Kasih" menjadi tema yang diangkat dalam Pendalaman Alkitab (PA) Online Bareng Seri Alki-TOP selama Februari 2025. Saya sangat bersyukur karena masih dapat mengambil bagian dalam Alki-TOP ini, khususnya belajar bersama semua guest terkait tema, yang juga menjadi tema Alkitab. Kita tahu bahwa semua bagian Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu berbicara tentang kasih Allah, yang menyatakan sifat dan karakter-Nya.
Banyak yang terlibat dalam Alki-TOP sepanjang Februari ini. Saya dan Kak Yudo masih sebagai host, dan ada 8 guests yang ikut ber-PA bersama, yaitu Berkat, Grace, Alfa, Aurel, Atma, Dessy, Dolfi, dan Jessica. Mereka adalah anak-anak muda dari banyak wilayah di Indonesia yang memberikan pandangan terhadap firman Tuhan. Selain mereka, ayat-ayat yang dibahas dalam tema "Kasih" ini terambil dari Matius 22:34-40; Yohanes 15:9-17; 1 Yohanes 3:14-17; 1 Petrus 4:7-11. Judul-judulnya adalah: Hukum yang Terutama, Perintah supaya Saling Mengasihi, Kasih kepada Saudara sebagai Tanda Hidup Baru, dan Kasih Menutupi Banyak Dosa. Jika kita melihat ayat dan judulnya sekilas mudah untuk dicerna, tetapi sangat sulit jika diaplikasikan. Kata "Kasih" memang hanya 5 huruf, tetapi maknanya sangat dalam. Sebagai orang percaya, kita harus menghidupi kasih itu sebagai tanda kita mengasihi Tuhan.
Bagi saya, Alki-TOP sepanjang Februari ini semua ayatnya berkesan. Namun, jika dikatakan mana yang paling membuat hati saya tertuduh dan merefleksikan bagaimana seharusnya saya hidup, yaitu dari 1 Yohanes 3:14-17 - Kasih kepada Saudara sebagai Tanda Hidup Baru. Ya, saya sendiri belajar bagaimana seharusnya bertindak dalam kasih kepada saudara-saudara kita yang mungkin tidak mengasihi kita. Bahkan ayat firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang tidak mengasihi adalah seorang pembunuh, dan hidupnya ada dalam maut. Jadi, standar dalam hidup diingatkan sekali lagi untuk mengasihi seperti Kristus yang sudah memberikan nyawa-Nya. Itulah kasih Agape, kasih tanpa syarat, kasih yang bertindak, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Kiranya ayat-ayat ini selalu menjadi reminder yang cepat dalam hidup saya.
Sahabat SABDA, itulah sedikit cerita dari saya ketika memandu sebagai host Alki-TOP. Pastinya, setiap minggu menjadi minggu yang berharga karena saya dapat menggali dan belajar dari ayat-ayat yang di PA-kan, baik oleh Kak Yudo, para guests, maupun komentar-komentar ketika live. Kalau ingin melihat arsipnya, silakan berkunjung ke Instagram @ayo.pa.
Sahabat SABDA juga menjadi guest dalam PA online selanjutnya lho. Silakan kontak melalui WA 08812979100 atau DM melalui Instagram @ayo.pa ya. Jangan lupa untuk gabung dalam PA ini setiap Senin, pkl. 19.30 WIB, untuk belajar Alkitab bersama. Salam #Ayo_PA!
Ketika AI Membantu Penerjemahan Alkitab: Insight dari AI Talks
Shalom Sahabat SABDA! Senang sekali bisa berjumpa kembali dengan Sahabat SABDA semua. Beberapa Waktu lalu, saya berkesempatan untuk ikut berkontribusi dalam jalannya event #AITalks: AI dan Bible Translation sebagai tim teknis. Jadi, saya ingin membagikan sedikit pengalaman saya sebagai tim teknis, dan hal-hal yang saya dapatkan dari materi seminar ini.
Alkitab pertama kali menggunakan bahasa Ibrani, Aramaik, dan Yunani. Tentu saja tidak semua orang bisa membaca bahasa-bahasa ini. Karena itu, Bible Translation atau Penerjemahan Alkitab ini dilakukan untuk menolong setiap orang di dunia bisa memahami firman Tuhan dalam bahasa mereka sendiri. Tentunya, ini menjadi hal yang luar biasa sulit dilakukan karena perlunya keakuratan makna dari bahasa aslinya dan membutuhkan Waktu yang cukup lama untuk menerjemahkan dari bahasa sumber/asli ke bahasa target, ditambah adanya banyak bahasa suku.
Adanya perkembangan teknologi, khususnya AI, tidak hanya mempermudah kegiatan sehari-hari saja, tetapi juga mempermudah dan mempercepat proses penerjemahan Alkitab yang sudah dilakukan oleh lembaga-lembaga penerjemah Alkitab, misalnya WyCliffe dan Yayasan Suluh Insan Lestari (SIL). Tidak hanya menerjemahkan, tetapi AI juga sangat membantu dalam proses pengecekan keakuratan makna bahasa dari bahasa sumber/asal ke bahasa target.
Sebagai tim teknis, saya bersyukur mendapatkan pengalaman dalam mengontrol sebagian besar jalannya acara, terutama di bagian device dan jaringan. Meski sempat terjadi beberapa kesalahan teknis dan human error, tetapi hal tersebut tidak membuat saya berkecil hati. Saya harus terus memperlengkapi diri agar dalam event berikutnya, saya lebih siap ketika diberi kepercayaan lagi untuk menjadi tim teknis agar jalannya acara dan penyampaian materi bisa disampaikan dengan baik ke seluruh audience.
Sekian sharing yang bisa saya bagikan melalui blog kali ini. Kiranya tulisan ini bisa menjadi berkat juga bagi para pembaca. Terima kasih. Salam AI-4-GOD!
Pengalaman Pertama Mengikuti Seminar Sehari “Penginjilan kepada Suku Digital/AI” di STT Intheos
Oleh: Salomo
Halo Sahabat SABDA! Bertemu lagi dengan saya, Salomo, melalui tulisan ini. Saya ingin menceritakan pengalaman pertama saya mengikuti pelayanan SABDA di STT Intheos Surakarta berupa seminar sehari tentang Penginjilan kepada Suku Digital/AI. Pelayanan ini dilakukan pada 20 Februari 2025. Selain saya, ada Pak Max, Bu Yulia, Bu Evie, Pak Yudo, Kak Christian, Kak Nehemia, Kak Aurel, dan Kak Ryan yang ikut terlibat dalam pelayanan ini.
Seminar sehari di STT Intheos ini merupakan pengalaman pertama bagi saya mengikuti acara eksternal SABDA dan pertama kalinya juga saya mengunjungi STT. Awalnya, saya tidak memiliki ekspektasi terhadap bagaimana acara ini akan berlangsung dan seberapa banyak peserta yang akan ikut. Namun, ketika saya melihat banyaknya peserta dalam seminar ini, saya merasa senang dan kagum dengan keinginan mereka untuk belajar materi ini. Bahkan, sejak awal acara dimulai, ruangan sudah dipenuhi oleh peserta yang duduk dengan penuh semangat dan siap menyimak setiap materi yang disampaikan.
Dalam acara ini, saya membantu hal teknis dan perlengkapan. Jadi, bersama Kak Christian dan Kak Nehemia, saya menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan untuk merekam acara. Saya terpukau dengan lengkapnya alat-alat multimedia di gedung STT Intheos. Gedung tempat kami melaksanakan acara terbilang cukup luas dan menampung banyak peserta. Selain itu, pencahayaan dalam gedung juga sangat bagus sehingga menunjang acara berjalan dengan baik dan nyaman.
Saat sesi materi dimulai, saya melihat peserta bersemangat dan memperhatikan materi yang disampaikan. Ketika melakukan praktik menggunakan AI dengan prompt F.O.K.U.S. dan praktik melakukan Pemahaman Alkitab (PA) dengan metode AI Squared, peserta dengan aktif mengetikkan prompt sesuai contoh yang diberikan dan membagikan hasil/jawaban yang mereka. Setelah semua sesi selesai, peserta memberi testimoni bahwa mereka berkomitmen menggunakan AI sebagai asisten untuk membantu pendalaman Alkitab dan pelayanan.
Saya sangat bersyukur karena bisa menjadi bagian dalam pelayanan ini. Saya berharap, ke depannya juga bisa selalu membantu kegiatan SABDA lainnya. Apabila Sahabat SABDA ingin mengakses arsip-arsip roadshow SABDA, silakan kunjungi situs SABDA AI. Apabila gereja atau komunitas Anda rindu untuk mendapatkan seminar AI-4-GOD!, silakan menghubungi kami melalui WhatsApp di 0821-3313-3315. Sekian pengalaman yang dapat saya ceritakan hari ini. Sampai jumpa pada waktu lainnya. Tuhan Yesus Memberkati kita semua!