Skip to main content

Semua Angka Punya Makna

International Standard Book Number (ISBN) adalah kode unik sepuluh digit yang penting bagi penerbit untuk mengidentifikasi buku. Sistem ISBN dicetuskan di Inggris pada tahun 1966 oleh W.H. Smith dan diadopsi secara internasional oleh ISO pada tahun 1970, dengan penerapan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Angka-angka dalam ISBN memiliki makna tertentu, seperti menunjukkan negara, penerbit, dan urutan judul buku, serta dilengkapi dengan angka pemeriksa untuk mencegah kesalahan pengetikan.

  • International Standard Book Number
  • ISBN
  • sistem Standard Book Numbering
  • ISO 2108
  • angka pemeriksa
  • perpustakaan Alexandria
  • ISBN (International Standard Book Number) adalah nomor unik untuk setiap buku yang penting bagi penerbit, mirip dengan KTP bagi individu.
  • Sistem penomoran internasional untuk buku belum berusia setengah abad; awalnya buku diberi nomor secara sederhana di masa Perpustakaan Alexandria.
  • Ketika jumlah buku mulai meningkat pada abad ke-20, diperlukan sistem penomoran internasional untuk mengatasi kompleksitas perdagangan buku.
  • Cikal bakal ISBN muncul dari gagasan W.H. Smith di Inggris pada tahun 1965, kemudian diperkenalkan dalam sistem SBN pada tahun 1966.
  • ISO menyetujui ISBN sebagai standar internasional pada tahun 1970, dan kini digunakan oleh sekitar 150 negara, termasuk Indonesia.
  • ISBN terdiri dari sepuluh digit, yang menunjukkan negara penerbit, identitas penerbit, urutan judul, dan angka pemeriksa.
  • Angka pemeriksa penting untuk mendeteksi kesalahan pengetikan saat memasukkan nomor ISBN.
  • Sistem ISBN dapat direvisi, termasuk rencana untuk mengubah dari sepuluh digit menjadi tiga belas digit mulai tahun 2007.

Penulis: Emshol

ISBN

Pernahkah Anda memperhatikan, International Standard Book Number (ISBN) buku yang Anda baca? Kalau Anda tidak bekerja di perpustakaan, penerbit, atau tidak pernah berurusan dengan ISBN, deretan nomor itu seperti tak bermakna. Padahal bagi penerbit, nomor ini sama pentingnya dengan nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP). Biasanya, nomor ini ditulis kecil di tempat yang jarang dilihat pembaca. Di bagian bawah sampul belakang atau di balik halaman judul, misalnya. Setiap buku di dunia memiliki nomor ISBN berbeda.

Meski sistem penomoran buku sudah setua sejarah buku, namun sistem penomoran secara internasional sendiri belum berusia setengah abad. Ketika jumlah buku belum begitu banyak, urusan penomoran buku belum begitu rumit. Perpustakaan Alexandria, Mesir, yang dibangun Ptolemeus II Philadelpus (302 - 246 SM) dan terbesar di masanya pun koleksinya masih dalam hitungan ratusan ribu. Pada masa itu buku- buku di perpustakaan dinomori berdasarkan nomor urut sederhana. Tujuannya masih sebatas untuk mempermudah pembuatan katalog. Antar perpustakaan pun berbeda aturan.

ISBN terdiri atas sepuluh digit angka.

Telegram Facebook Twitter WhatsApp

Masalah mulai muncul di abad ke-20 ketika milyaran buku dicetak. Perdagangan buku lintas negara juga semakin marak. Sejak itulah, sistem penomoran buku secara internasional mulai dipikirkan.

Cikal bakal ISBN bermula dari gagasan W.H. Smith, pemilik toko buku terbesar di Inggris tahun 1965. Waktu itu ia berencana memindahkan toko bukunya ke gedung baru yang dilengkapi sistem komputerisasi.

Dengan bantuan konsultan ahli dan Komite Distribusi dan Metode dari Asosiasi Distribusi Penerbit Inggris, Smith memperkenalkan sistem Standard Book Numbering (SBN) tahun 1966. Setahun berikutnya, sistem yang ia gagas diterapkan di Inggris.

Pada tahun yang sama, International Organization of Standardization (ISO) mulai membahas kemungkinan mengadopsi sistem ini untuk pemakaian internasional. Tahun 1970, ISO pun menyetujui sistem ISBN sebagai standar yang dikenal sebagai IS0 2108. Hingga sekarang sekitar 150 negara telah memakai sistem ini, termasuk Indonesia. Masing-masing negara memiliki badan resmi yang berhak mengeluarkan ISBN. Di Indonesia, otoritas itu berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).

ISBN terdiri atas sepuluh digit angka. Bagian pertama menunjukkan negara asal penerbit (untuk Indonesia 979). Bagian berikutnya menunjukkan identitas penerbit. Sebagai misal, Gramedia Pustaka Utama (GPU) 655, sehingga ISBN-nya 979-655-XXX-X. Sementara buku- buku terbitan Mizan ber-ISBN 979-433-XXX-X.

Bagian ketiga menunjukkan urutan judul buku di dalam penerbit tersebut. Sedangkan angka terakhir merupakan angka pemeriksa (check digit). Angka ini diperoleh melalui rumus tertentu berdasarkan angka-angka sebelumnya.

Meski letaknya paling ujung, angka pemeriksa punya fungsi penting. Kita tahu, salah ketik sering terjadi saat menulis angka. Saat seseorang memasukkan sembilan angka ISBN, angka pemeriksa akan muncul di tempat lain dan dicocokkan dengan digit ke-10 ini. Jika tidak sama, berarti ada angka yang salah ketik. Pada buku-buku penting dan berumur panjang, ISBN biasanya dikawinkan dengan bar code sistem EAN (European Article Number).

Dengan semakin kompleksnya urusan perbukuan, suatu saat sistem ISBN bisa saja mengalami revisi. Saat ini IS0 bahkan telah berencana mengubah ISBN dari sepuluh digit menjadi tiga belas digit mulai awal tahun 2007. Meski nanti ISBN berubah formula, ada satu hal yang tak mungkin berubah: berapa pun digitnya, tiap angka pasti punya makna. (Emshol)

Sumber : http://gubuk.sabda.org/semua_angka

Download Audio