Membaca Buku Lintas Ruang dan Waktu | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Membaca Buku Lintas Ruang dan Waktu


Kategori: Artikel

JIKA masyarakat Indonesia disuruh memilih, lebih suka mana antara membaca buku, menonton televisi, mendengarkan musik, atau bermain telepon cerdas (smartphone)? Pilihan paling minim tentu: membaca buku. Jarang kita melihat kebiasaan orang-orang membaca buku di tempat-tempat umum. Budaya baca masih kalah dengan budaya lisan yang cukup dominan. Saat di kerumunan sosial, orang-orang berbincang hal-hal yang sedang viral, seputar politik, pemilu, gosip artis, atau sepak bola.

Konsumsi membaca masyarakat Indonesia belum mendarah daging. Hal ini dikarenakan buku tidak termasuk kebutuhan utama. Daya beli masyarakat terhadap buku juga rendah. Kadang mereka berpikiran, “Buat apa beli buku, tidak bisa mengenyangkan perut,” atau “Buat apa beli buku, buat beli makan saja susah”. Selama ini, masyarakat konsumtif terhadap makanan, busana, aksesoris, kosmetik, musik, hingga barang-barang antik.

Kegiatan membaca belum menjadi tren, tidak seperti shopping dan travelling. Juga, belum ada kesadaran bahwa membaca adalah investasi sepanjang masa. Jadi, kesadaran ini harus diciptakan, mulai dari individu, lalu ditularkan ke anggota keluarga, saudara, dan tetangga. Anak-anak sebaiknya dikenalkan dengan buku yang sesuai kebutuhan, mulai sejak mendidik pada masa batita, balita, PAUD, atau TK.

Jumlah penduduk yang melimpah harus ditunjang dengan pendidikan secara menyeluruh. Berdasarkan hasil survei internasional (PIRLS 2011, PISA 2009 dan 2012) yang mengukur keterampilan membaca siswa, Indonesia menduduki peringkat bawah. Kalangan pendidik memutar otak, mencari solusi terbaik agar peserta didiknya gemar membaca buku.

Tuntutan keterampilan membaca pada abad ke-21 adalah kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Pembelajaran di sekolah belum mampu mengajarkan kompetisi abad ke-21. Kegiatan belajar di sekolah perlu dikuatkan dengan pembiasaan membaca di keluarga dan masyarakat.

Peran Keluarga Terhadap Gairah Membaca Bagi Anak

Kunci kemajuan sebuah bangsa dapat diukur dari seberapa tinggi minat membaca masyarakatnya. Maka, semua lapisan masyarakat yang ada pada bangsa Indonesia harus sadar akan hal itu. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan pentingnya mendorong peserta didik agar gemar membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan dalam mengembangkan dirinya sendiri.

Peran keluarga dalam pendidikan karakter adalah yang utama. Keluarga menjadi fondasi awal yang menguatkan. Hanya mengandalkan belajar di sekolah saja tidak akan cukup. Jam keberadaan anak lebih banyak di rumah daripada di sekolah. Apalagi, orang tua juga lebih paham kondisi anaknya.

Setiap orang tua punya peran dan tanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak. Dan, lingkup keluarga sangat sentral dalam upaya menggairahkan membaca bagi anak. Pertama, mengenalkan buku dan manfaat membaca. Kedua, menceritakan pengalaman menyenangkan bersama buku. Ketiga, memberi teladan dengan membiasakan membaca di samping anak, agar anak menirukannya. Keempat, menyediakan bahan bacaan yang sesuai usia dan selera. Kelima, memberlakukan waktu wajib baca, dengan hasilnya dicatat, berapa halaman per harinya. Keenam, mengajak anak berkunjung ke Taman Baca Masyarakat (TBM) yang tersedia.

Bacaan untuk anak usia dini bisa berupa pic book atau buku cerita bergambar yang terbuat dari bahan ringan. Anak-anak akan tertarik membaca jika di dalam buku terdapat banyak gambar, sedikit teks, dengan cerita yang seru. Anak-anak juga suka suara yang menyenangkan. Sebelum tidur, mereka ingin dibacakan cerita atau dongeng. Untuk tingkat SD, SMP, dan SMA bisa menyesuaikan.

Nah, untuk mengetahui minat baca yang tinggi, bisa dilihat apakah sebuah keluarga memiliki perpustakaan pribadi, berlangganan koran atau majalah, atau mengalokasikan dana khusus untuk membeli buku apa tidak. Membuat perpustakaan keluarga bisa diawali dengan koleksi buku pribadi. Selain itu, perlu penataan tempat membaca yang nyaman, juga pengawasan dan pendampingan dari orang tua ketika anak membaca, belajar, dan menonton.

Partisipasi Masyarakat pada Geliat Literasi dan Bahan Bacaan

Gerakan literasi juga sudah dimulai oleh masyarakat, bahkan ada dari inisiatif pribadi (perorangan). Komunitas, organisasi, atau sekolah kepenulisan di Tanah Air terus menggelorakan spirit literasinya. Sebut saja Forum Lingkar Pena (FLP), Rumah Baca Asmanadia, Komunitas Bisa Menulis (KBM), dan lainnya. Ada aksi nyata maupun diskusi di media daring. Semua memiliki tujuan dan tekad yang sama, membangun peradaban bangsa ini menjadi lebih bermartabat dan berprestasi.

FLP Cabang Surabaya, misalnya, pernah menggelar lapak baca gratis dengan tajuk “Moco Nang Embong” atau “Membaca di Jalan” saat Car Free Day (CFD) pada hari Minggu pagi. Bermacam-macam buku disediakan. Pengunjung CFD antusias turut membaca, terutama anak-anak.

Ada juga kisah Muhammad Fauzi, seorang tukang jamu dan pustakawan keliling, yang menjajakan jamu dengan menyertakan buku-buku pada rombong jamunya. Dia punya slogan “Sak Iki Jamane Moco” atau “Sekarang Ini Zamannya Membaca”. Dia mengelola TBM Taman Ilmu Masyarakat di rumahnya, di Desa Sukorejo, Buduran, Sidoarjo.

Gerakan Nasional Wajib Membaca Buku

Perlu ada suatu instruksi wajib membaca buku untuk seluruh lapisan masyarakat karena selama ini hal itu baru sekadar anjuran. Misalnya, gerakan wajib membaca yang bisa disosialisasikan saat peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei atau Hari Buku Nasional tanggal 17 Mei.

Ciri-ciri sebuah bangsa konsumtif membaca, di antaranya, jika masyarakatnya sudah menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan sehari-hari. Membaca buku dijadikan tren, seperti membaca di kendaraan umum, di pusat kesehatan, di tempat kerja, atau di mana saja; jika buku menjadi sahabat ke mana-mana layaknya telepon seluler. Bepergian membawa buku, rekreasi membawa buku, ke tempat ibadah membawa buku, ke tempat kerja membawa buku.

Pemerintah menyadari pentingnya memahami literasi, dan kemudian membuat inovasi. Misalnya, mendukung program Pustaka Bergerak dengan menggratiskan pengiriman buku ke TBM di berbagai pelosok lewat jasa Pos Indonesia setiap tanggal 17. Pemerintah menunjuk Duta Baca Indonesia 2016-2020 dan terpilihlah Najwa Shihab. Serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai upaya meningkatkan mutu peserta didik di satuan pendidikan.

Pihak sekolah bisa menjembatani kegiatan wajib membaca buku. Misalnya, membaca buku nonpelajaran selama 15-30 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Jenis buku ditentukan sekolah atau sesuai selera siswa yang bisa dibawa dari rumah. Pihak sekolah juga bisa mengoptimalkan perpustakaan sebagai pusat diskusi dan mengkreasikan majalah dinding sebagai daya tarik bahan bacaan.

Kampanye Membaca Secara Sehat

Kampanye membaca juga perlu didukung dengan gaya hidup sehat dan manajemen waktu. Dilansir dari situs healtmeup.com, 24 Oktober 2014, ketika bangun tidur waktu pagi, kita dianjurkan untuk bermeditasi (beribadah), jalan-jalan, atau membaca, tidak langsung memegang telepon seluler, seperti mengecek pesan dan selancar di media sosial, karena hal itu dapat menghambat aktivitas yang akan dilakukan seharian.

Kesehatan mata saat membaca perlu dijaga. Kegiatan membaca harus dilakukan dalam penerangan yang cukup, supaya tidak cepat lelah. Kegiatan membaca tidak baik dilakukan dengan jarak yang terlalu dekat; jarak idealnya 33 cm. Posisi tubuh saat membaca pun jangan sambil tiduran, apalagi tengkurap. Posisi membaca tengkurap pada anak-anak mengakibatkan mata juling. Dampak lain dari membaca yang salah termasuk mata kering dan minus (Majalah Al-Falah, April 2015, 19).

Membaca apa saja, baik yang tersurat atau tersirat adalah perintah Tuhan Yang Maha Esa. Membaca membuat kita mengenal dunia dan membuka cakrawala pengetahuan yang tidak terhingga. Ilmu pengetahuan itulah yang bisa mengubah pola pikir manusia, mengentaskan dari kebodohan dan kemiskinan. Oleh karena itu, giat membaca dan belajar harus dimulai dari diri pribadi. Kemudian, keluarga dan masyarakat bersama-sama menguatkan pendidikan anak di satuan pendidikan.

Penulis, peminat literasi dan anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Surabaya.

Diambil dari:
Nama situs : Harian Analisa
Alamat situs : http://harian.analisadaily.com/opini/news/membaca-buku-lintas-ruang-dan-waktu/598734/2018/08/08
Judul asli artikel : Membaca Buku Lintas Ruang dan Waktu
Penulis artikel : Teguh Wibowo
Tanggal akses : 4 September 2018

Komentar