Merayakan Sabat: Menemukan Peristirahatan di Dunia yang Tidak Pernah Beristirahat | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Merayakan Sabat: Menemukan Peristirahatan di Dunia yang Tidak Pernah Beristirahat


Kategori: Resensi Buku Cetak, Hidup Kristen

Judul asli : Celebrating the Sabbath
Penulis : Bruce A. Ray
Penerjemah : --
Penerbit : Penerbit Momentum, Surabaya 2006
Ukuran buku : --
Tebal : 150 halaman
Sumber : Pub. e-Buku edisi 50/2009

Kita sudah tidak asing dengan singkatan seperti 24/7, bukan? Ya, inilah kehidupan modern yang sibuk. Tidak ada hari tanpa kerja dan aktivitas. Dan kalau pun kita mendapatkan hari libur, kita tetap sibuk memikirkan, "Mau melakukan apa ya liburan ini?" Inilah salah satu tantangan terbesar bagi orang Kristen, bagaimanakah kita memandang hari Tuhan, hari Sabat bagi orang Kristen. Hari Minggu memang tanggal merah alias libur, tetapi apakah hari itu sama dengan hari-hari libur lainnya? Bagaimana kita seharusnya menyikapi "holiday" atau "holy day" yang berarti hari kudus, sesuai dengan perintah Allah sendiri (Kel. 20:11)? Singkatnya, bagaimanakah kita merayakan Sabat?

"Merayakan Sabat" adalah sebuah buku yang ditulis dengan gaya yang memikat. Penulis memberikan judul-judul bab dan subbab yang menarik, yang membawa pembaca untuk melihat "Perang Sabat", yang meskipun tidak kasat mata namun berlangsung sengit demi satu hari yang Tuhan tetapkan bagi-Nya. Meskipun pembahasannya lancar, isi buku ini tidak dangkal. Penulis memperlihatkan konflik kontemporer atas hari Tuhan ini, dan memimpin kita dalam perjalanan kilas balik, mulai dari Perjanjian Lama, ketika kemuliaan dan kedaulatan Allah menjadi dasar Hari Sabat, menuju peperangan antara kaum Farisi yang telah menyimpangkan Sabat dengan Tuhan Yesus yang mengajarkan maksud Sabat yang sejati, dan kembali kepada bagaimana gereja seharusnya melihat dan melaksanakan Sabat.

Dengan bahan-bahan pendalaman di setiap bab, buku ini tepat digunakan sebagai pendalaman pribadi maupun kelompok untuk mengerti Sabat. Buku ini akan menantang kita yang hidup dengan budaya hiperaktif dan pelayanan ekspres, yang sangat mungkin mengharapkan apa yang penulis sebut sebagai "Sabat", yaitu ibadah kilat, khotbah yang sudah baku (sekian poin, sekian menit) untuk melihat makna Sabat -- perhentian, di dalam Tuhan. Buku ini akan menantang kita yang biasanya duduk gelisah karena harus "berdiam diri" sepanjang kebaktian menjadi orang-orang yang ikut terlibat dalam Sabat dan mengerti makna menantikan Tuhan dalam hari-Nya yang kudus. Hidup kita tidak akan lagi 24/7, tapi 6/7 + 1/7.

Peresensi: Irwan Tjulianto (Staf Penerbit Momentum)

Komentar