Memanfaatkan Warta Jemaat Sebagai Media Komunikasi Dan Pembinaan | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Memanfaatkan Warta Jemaat Sebagai Media Komunikasi Dan Pembinaan


Kategori: Artikel

Ditulis oleh: Raka Sukma Kurnia

Informasi susunan penatalayan setiap pekan, jadwal ibadah rumah tangga, jadwal pengucapan syukur, ucapan ulang tahun dengan daftar warga yang berulang tahun sepanjang pekan, dan laporan keuangan. Itulah informasi yang paling sering ditemukan dalam warta jemaat di kebanyakan gereja. Setiap pekan selama setahun, isi yang disampaikan tidak pernah mengalami perubahan. Padahal, sebagai media yang setiap pekan dibagikan kepada warga jemaat, warta jemaat masih dapat dimaksimalkan.

Dua Fungsi Utama Warta Jemaat

Pada dasarnya, warta jemaat dapat digunakan untuk menjalankan dua fungsi utama, yaitu sebagai media komunikasi dan media pembinaan.

  1. Media komunikasi

    Warta jemaat memang telah mengemban fungsi komunikasi. Hanya saja, penyajiannya lebih bersifat pengumuman, sehingga terkesan kaku. Susunan lagu yang akan dikumandangkan pekan depan, bacaan Alkitab pekan depan, pokok doa yang sama dari pekan ke pekan tanpa penjabaran yang spesifik, dan laporan keuangan, mungkin menjadi isi rutin warta di kebanyakan gereja. Akibatnya, fungsi komunikasi itu tidaklah maksimal.

    Untuk menonjolkan kesan sebagai media komunikasi, penyajian yang lebih komunikatif tentu dibutuhkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan penyajian informasi menyerupai berita dalam satu atau dua paragraf, tergantung kebutuhan. Bisa berupa hal-hal yang terjadi dalam kehidupan berjemaat, misalnya kelahiran, informasi pemilihan majelis, dan sebagainya.

  2. Media pembinaan

    Bila fungsi sebelumnya lebih bertujuan sosial; terhadap sesama warga jemaat, fungsi kedua ini lebih ditujukan pada peningkatan relasi dengan Tuhan. Artinya, bila warta jemaat bisa menjalankan fungsi pembinaan seperti ini, warga jemaat dimungkinkan untuk mendapatkan pemahaman Alkitab selain dari khotbah maupun dari kegiatan penelaahan Alkitab.

    Hal ini jelas memberi keuntungan sebab sebuah naskah tercetak memungkinkan kita untuk membacanya berkali-kali tanpa takut melewatkan satu kata pun. Bandingkan dengan khotbah atau diskusi dalam penelaahan Alkitab.

Para Pelaksana Dan Penyedia Bahan

Dua fungsi utama yang diemban warta jemaat itu memang akan menumbuhkembangkan kehidupan berjemaat. Namun, siapakah yang akan mengerjakannya? Padahal para pegawai kantor sudah disibukkan dengan berbagai urusan administrasi gereja.

Pemanfaatan warta jemaat untuk dua tujuan di atas memang membutuhkan sejumlah tenaga untuk mengelolanya. Apalagi mengingat warta tersebut akan diedarkan setiap pekan. Akan tetapi, kondisi ini justru membuka peluang bagi pemberdayaan warga gereja.

Para pemuda gereja, sebagai warga gereja yang berjiwa dinamis, dapat menjadi kekuatan penggerak untuk mengelola warta jemaat ini. Bersama-sama dengan elemen pelayanan lain, baik dari pelayanan anak, remaja, kaum ibu dan bapak, dan tentu saja dari para pemuda sendiri, kehadiran warta jemaat yang dapat menjalankan kedua fungsi di atas menjadi sangat memungkinkan. Tentu saja para pegawai administrasi gereja harus terlibat karena biasanya merekalah yang bertanggung jawab dalam menyusun laporan keuangan.

Lalu, siapakah yang akan menyediakan tulisan sebagai bahan warta? Ada banyak pihak dalam lingkungan gereja yang sebenarnya bisa berperan sebagai penulis. Ketua majelis jemaat, pendeta, vikaris, para majelis, guru-guru sekolah minggu, dan para pemuda yang pada prinsipnya berpotensi sebagai penulis. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki selama melayani tentunya menjadi bekal tersendiri untuk ditulis dan dibagikan. Selain itu, warga jemaat pun dapat diajak berpartisipasi untuk menulis.

Kemudian, untuk membekali diri dengan kemampuan tulis-menulis, ada baiknya diadakan pelatihan menulis. Selain memperkenalkan dunia penulisan kepada warga gereja, pelatihan seperti ini bukan tidak mungkin akan menghadirkan generasi penulis Kristen. (Hal ini sebenarnya menunjukkan betapa pelatihan menulis di lingkungan gereja sangat potensial untuk dilakukan.)

Mengatasi Kendala Klasik

Harus diakui bahwa biaya selalu menjadi masalah klasik. Bagi gereja yang mapan dalam hal finansial, kendala yang satu ini tentu tidak terlalu berarti. Namun, bagaimana dengan gereja kecil?

Ada dua cara yang saya rasa ideal untuk ditempuh guna mengatasi kendala ini. Pertama, perlu disadari bahwa warta jemaat tidak perlu dicetak secara eksklusif. Dengan jasa foto kopi pun kita masih bisa mewujudkan fungsi warta jemaat sebagai media komunikasi dan pembinaan. Tentu saja, isi harus lebih ditekankan lagi.

Cara kedua, kita bisa menawarkan promosi usaha kepada para pengusaha di kota di mana gereja berada. Pertama-tama dengan menawarkannya pada pengusaha yang mungkin ada di lingkungan gereja sendiri, lalu menjajaki para pengusaha lainnya. Meski tidak mutlak, tentu lebih disarankan untuk mengajukan tawaran pada para pengusaha Kristen. Dengan cara ini, kita berharap para pengusaha tersebut turut mendukung pembiayaan pencetakan warta. Hanya saja, saya lebih menyarankan agar tidak terlalu mematok tarif.

Nah, bagaimana di gereja Anda? Sudahkah warta jemaat diberdayakan secara maksimal? Kalau belum, mengapa tidak memulainya?

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama publikasi : e-Penulis
Penulis : Raka Sukma Kurnia
Dipublikasikan di : http://www.sabda.org

Komentar